Artikel Filsafat LIberal: Pertanyaan dan Skeptisme Saya Tentang Tuhan dan Agama dan jawaban secara logisnya dengan Filsafat Islam

Pertanyaannya dari Anomin (Nama disamarkan):

Judul Artikel: Pertanyaan dan Skeptisme Saya Tentang Tuhan dan Agama
Dulu, ketika saya masih kecil, saya pernah berfikir kenapa saya harus berterima kasih kepada Allah untuk hadiah sepeda yang saya impikan selama ini, padahal ayah sayalah yang membanting tulang untuk bisa membelikannya? apakah Allah ikut campur tangan dalam proses awal hingga akhir dalam kasus hadiah sepeda tadi? saya meragukannya kala itu.

Setelah dewasa, setelah saya belajar banyak hal, setelah saya banyak mencari di sana sini, saya bukannya mendapatkan jawaban. Malah, makin banyak pertanyaan yang menumpuk di otak saya. Mengganggu akal saya sebagai manusia. Eksistensi Allah/Tuhan/Yang Maha Segalanya semakin kabur dan tidak jelas. Begitupun dengan kapabilitas agama untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan damai.

Pernah pada suatu hari, saya secara tidak sengaja membaca salah satu surat dalam Al-Qur’an.  Al-Bayyinah ayat 6:

“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”

Saya lalu berfikir, Tuhannya Islam yang Maha Adil sudah pasti akan memasukkan semua orang yang tidak memeluk agama Islam ke dalam neraka. Lalu mari kita lihat penelitian dari PEW Amerika pada 2010, dimana dari data yang mereka dapatkan, pemeluk agama Islam berada pada presentase 23% dari seluruh populasi dunia. Terbanyak kedua dibawah pemeluk Kristen. Jadi, jika kita menyesuaikan hasil penelitian PEW tersebut dengan ayat di atas, maka 77% masyarakat dunia, nantinya akan masuk neraka. Lalu sebuah pertanyaan -yang ketika saya masih kecil amat sangat terlarang untuk diucapkan- menyerang saya; “Apakah Tuhan benar-benar Maha Adil?”.

Andaikan juga, saya terlahir di sebuah daerah di pedalaman, di mana masyarakat sekitar saya begitu primitif dan belum tersentuh modernisasi (termasuk agama-agama modern), apakah saya juga lantas akan masuk neraka setelah saya mati, karena tidak memeluk agama tertentu? Apakah saya ikut menjadi korban atas suatu hukum agama yang tidak pernah saya kenal?

Pertanyaan di atas hanyalah satu dari banyak pertanyaan yang menciptakan keskeptisan saya akan eksistensi “Yang Maha Segalanya”. Toh, sampai detik ini keberadaan Tuhan belum bisa dibuktikan, baik secara a priori maupun a postetiori.

Saya jadi terheran-heran dengan kasus Alexander Aan, seorang ateis yang dipidana atas apa yang diyakininya (walaupun menyebut ateisme sebagai sebuah keyakinan sebenarnya kurang tepat) beberapa waktu lalu. Pengadilan tentu saja tidak bisa mengadili ketidakpercayaan atau kepercayaan seseorang akan Tuhan jika pengadilan saja tidak bisa menghadirkan Tuhan ke dalam ruang sidang.

Tidak…saya tidak menyebut Tuhan itu tidak ada. Saya juga tidak menyebut Tuhan itu ada. Tapi, bukankah anda tidak bisa menilai apakah seorang wanita itu cantik atau tidak sebelum anda bertemu langsung dengan yang bersangkutan? Kecuali jika perkataan dan gosip dari orang-orang di sekitar anda sudah bisa membuat anda mengambil keputusan.

***

Saya menjawabnya demikian:
Saya paham Anomin (-Red) sedang berfilsafat dengan alam pemikirannya sendiri, namun karena sudah berbicara tentang “Eksistensi Allah”, maka mau tidak mau saya harus mencoba mengajak saudara dengan berlogika sederhana dalam ranah filsafat Islam (atau lebih tepatnya disini adalah paham kreasionerisme Islam).

Adapun dari bacaan saudara, saya dapati aksioma saudara di ranah liberal ya? Karena walaupun saudara mengambil kutipan ayat Al-Quran, nampaknya saudara menafsirkan sendiri ayat tersebut, padahal dalam memahami Al-Quran ada ketentuannya seperti: mengikuti tafsir ahli tafsir, lihat Asbabul Nuzul dan sekiranya referensi Hadist Rasul Saw yang tergolong Shahih dan Hasan, semoga saudara memahaminya di lain kesempatan.

Baik, berikut penulis akan mengajak saudara masuk kedalam logika Islam:
Suatu argumentasi betul kalau semua langkah dari argumentasi itu betul. Langkah-langkah ini terdiri dari kalimat-kalimat (preposisi-proposisi), dan setiap kalimat terdiri dari subyek serta sebuah predikat. Marilah kita mempergunakan logika dalam kalimat-kalimat dibawah ini:
Pernyataan 1:
  1. Ruangan teratur karena ada petugas yang mengatur
  2. Barisan teratur karena ada komandan yang mengatur
  3. Jalanan teratur karena ada polisi yang mengatur

Pernyataan 2:
Semua teratur karena ada petugas yang mengatur
Pernyataan 3:
Alam raya ini teratur karena ada yang mengatur
Pernyataan 2 dan 3 benar, karena hanya ada dua kemungkinan, yaitu sebagai berikut di bawah ini:
  1. Ada Yang Mengatur (menjadi anggapan utama agama)
  2. Tidak Ada Yang Mengatur (menjadi dasar utama ateisme)

Jika kemungkinan ‘1’ diterima, maka ‘2’ harus ditolak, begitu juga sebaliknya, karena tidak mungkin berlaku kedua-duanya.
Oleh karena setiap keteraturan mutlak harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
  1. Adanya sinkronisasi waktu
  2. Adanya sinkronisasi ruang
  3. Adanya suatu kehendak
  4. Adanya kepatuhan

Maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan bahwa “Ada Yang Mengatur Alam Raya” ini diterima sebagai suatu pernyataan yang sah.


Waallahualam, saya hanya orang bodoh yang tidak ada niat hendak melewati ketetapan Allah, Salam persahabatan, www.marafatimamg.com
Artikel Filsafat LIberal: Pertanyaan dan Skeptisme Saya Tentang Tuhan dan Agama dan jawaban secara logisnya dengan Filsafat Islam Artikel Filsafat LIberal: Pertanyaan dan Skeptisme Saya Tentang Tuhan dan Agama dan jawaban secara logisnya dengan Filsafat Islam Reviewed by Santana Primaraya on 3:52:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.