KISAH PENGALAMAN: GUNTUR SAKTI BENAR-BENAR SAKTI

Saat saya mengikuti diklat LDK, Latihan Dasar Kepemimpinan, pada saat saya menjadi Nindya Praja di IPDN dari perwakilan Kantor Agama & Kerohanian WWP IPDN saya menemukan sosok seorang purna praja yang berbadan besar, tampangnya seram, suaranya menggelegar tapi kesuksesannya mencengangkan dan cara kerjanya yang menurut saya luar biasa. Beliau mengisi dalam sebuah seminar dan diskusi di ruang Graha Wyata Praja IPDN.

Kakak purna praja itu bernama, Guntur Sakti yang pada saat memberikan kuliah umum kepada peserta LDK kami dulu telah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau. Beliau adalah purna praja STPDN angkatan 1 dari asal pendaftaran Riau dan saat itu membawa bawahannya yang padahal merupakan purna APDN (senior pada saat di kampus dari Guntur Sakti).

“Saya bahkan tidak tahu mengapa Emak saya memberi nama Guntur Sakti. Karena ternyata saya tidak mempunyai kesaktian apapun, apalagi guntur.”

Diucapkan dengan nada bass yang tinggi (tetapi saya rasa suaranya memang mempunyai kharismanya tersendiri), ya kira-kira seperti itulah penggambaran yang bisa saya gambarkan kepada pembaca, tetapi dengan keseramannya itu beliau malah sering membuat peserta berdecak kagum dan terhibur dengan humor candaannya.

Dibawah ini saya sampaikan saja secara langsung kutipan pembicaraan beliau yang disampaikan kepada Kami pada seminar dan diskusi rangkaian acara Latihan Dasar Kepemimpinan angkatan Kami. Berikut ada empat kutipan yang masih terngiang-ngiang oleh saya.

"Ketika saya sudah lulus dari STPDN ternyata pada saat itu saya masih diwajibkan mengikuti pendidikan Wamil, tetapi setelah ada kebijakan yang baru pasca lengsernya kekuasaan Pak Harto saya kembali ke kodratnya menjadi seorang PNS. Dari semua yang saya pelajari pada saat saya kuliah, dan apapun yang saya terima saat ikut wajib militer, pada saat saya menghadapi masyarakat luas pada kenyataannya, Tidak Ada dari yang saya pelajari dan dapatkan berguna di masyarakat secara langsung. Tetapi kemampuan mengendalikan emosilah yang bisa membantu saya”

“Saran saya dalam pengembangan karir seorang purna praja setelah ditugaskan didaerah, lebih baik dimulai dari posisi di tingkat kelurahan/desa terlebih dahulu hingga jadi Lurah baru ke tingkat kecamatan hingga mencapai Camat baru setelah menjadi Camat mau kemanapun Instansinya di tingkat kota/kabupaten itu terserah Anda, jika memang kerja Anda baik promosilah keinstansi yang sama di tingkat provinsi, dikesemuaannya itu tentunya butuh keseriusan kerja pada posisinya yang sedang dipegangnya, jika dia sedang menjabat sebagai Sekcam, maka bertugaslah selayaknya Sekcam jangan kemudian langsung berharap mengejar menjadi Camatnya.”

“Ketika saya menjadi Lurah saya diharuskan mengusir pedagang kaki lima dari suatu pasar untuk pengalihan fungsi lahan, sampai akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi langsung preman-preman yang memegang kawasan pasar, saya bergaul dengan mereka dan berusaha menjadi premannya para preman atau bossnya para preman, bahkan saya saat itu juga berhasil menjadi ketua dewan para preman. Setiap kali para preman mau mengambil keputusan biasanya berkonsultasi dengan saya, sampai akhirnya saya bisa membuat wilayah pasar yang akan diusir tadi berpindah dengan sendirinya tanpa adanya unsur paksaan dan kekerasan yang saya gunakan pada mereka.”

“Ketika pentas musik underground dicekal diselenggarakan di tengah hari maka saya buat pentas musik underground di tengah malam. Tidak tanggung-tanggung saya buat jadi yang terbesar dalam lingkup se-Asia tenggara lengkapbeserta 8 kompi brigadir yang saya turunkan untuk pengamanannya.”

Jika saya bandingkan dengan purna praja lain yang satu angkatan dengan beliau dari segi pencapaian jabatan memang disinilah saya bisa mengatakan bahwa Guntur Sakti benar-benar sakti. Kedepannya semoga makin banyak purna praja yang sesukses kak Guntur Sakti ini.

Untuk intermezzo saja, sekilas memang tidak nyambung antara lulusan seorang ilmu pemerintahan dengan bidang pariwisata, tetapi seperti itulah realitanya setelah masuk di dunia kerja. Mungkin sayapun seperti itu sama saja tidak nyambungnya, sebagai lulusan ilmu pemerintahan juga menyambi sebagai seorang penulis.

Jika beliau tidak nyambung setelah menjadi purna praja, saya tidak nyambungnya bahkan masih menjadi prajanya. Mengutip dari perkataan Wakil Rektor IPDN, Prof. Sadu Wasistiono, mengenai lulusan sekolah tinggi pemerintahan yang malah menjadi seorang dosen ibaratnya ‘Tersesat di jalan yang benar’, jadi tetap kesalahan karena faktor pendidikan kita, tetapi menjadi benar ketika kita serius dalam bekerjanya. Serta mengutip perkataan Pak Dahlan Iskan, Menteri BUMN, dalam slogannya “Kerja, kerja, kerja”, maka bukan jabatan yang harus kita kejar, tetapi kita bekerja secara serius terlebih dahulu baru jabatanlah nantinya yang akan mengejar kita. Amin.

Jatinangor, 26 Februari 2012
PRAJA IPDN ANGKATAN XX
NP. M. ARAFAT IMAM G
KISAH PENGALAMAN: GUNTUR SAKTI BENAR-BENAR SAKTI KISAH PENGALAMAN: GUNTUR SAKTI BENAR-BENAR SAKTI Reviewed by Santana Primaraya on 9:38:00 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.