Referensi Ilmu Buku Islam: Karya Dr Yusuf Al-Qardhawi Berjudul Kebangkitan Gerakan Islam, dari Masa Transisi Menuju Kematangan
Dr Yusuf Al-Qardhawi
Kebangkitan Gerakan Islam, dari masa transisi menuju kematangan
Pustaka Al-Kautsar, 2003, Jakarta
Terjemahan H. Abdullah Hakam Shah, Lc dan HM. Aunul Abied Shah, Lc
Hal 1
Karakteristik Masa Transisi
Masa Transisi/pancaroba adalah masa yang dilalui manusia sebelum sampai pada kedewasaan. Masa ini memiliki beberapa karakteristik dan ciri khas yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Kekuatan dan pertumbuhan yang cepat
- Vitalitas yang bertambah
- Sering terbuai dalam khayal, mimpi dan angan-angan yang berlebihan
- Perasaan yang terombang-ambing dan optimisme berlebihan
- Sering tergesa-gesa, kurang sabar dan terkadang tergoda oleh hal-hal yang bersifat revolusioner/instan
- Keinginan untuk meneguhkan jati diri, sekalipun dengan cara menentang orang-orang yang sebenarnya harus dihormati, seperti: ayah, ibu serta para guru
- Kekaguman pada para pahlawan serta tokoh legendaris dan mencoba untuk menirunya
- Dalam menyikapi persoalan, sering menggunakan cara pandang yang berlebihan, ekstrem serta terkadang justru meremehkan
Hal 4
Sepuluh Langkah Menuju kematangan Kebangkitan Islam:
- Dari format dan simbol menuju hakikat dan substansi
- Dari retorika dan perdebatan menuju penerapan dan aksi
- Dari sikap sentimentil dan emosional menuju sikap yang rasional dan ilmiah
- Dari orientasi ke masalah cabang dan sekunder menuju masalah pokok dan primer
- Dari menyulitkan dan ancaman menuju kemudahan dan kabar gembira
- Dari kejumudan dan taklid menuju ijtihad dan pembaruan
- Dari fanatisme dan eksklusifisme menuju toleransi dan inklusifisme
- Dari sikap berlebihan dan meremehkan menuju moderatisme
- Dari kekerasan dan kebencian menuju kelemahlembutan dan rahmat
- Dari ikhtilaf dan perpecahan menuju persatuan dan solidaritas
Hal 5-6
- Islam sebagai akidah substansinya adalah tauhid
- Islam sebagai ibadah substansinya adalah keikhlasan
- Islam sebagai pedoman interaksi sosial substansinya adalah kepercayaan
- Islam sebagai tuntunan moral substansinya adalah kasih sayang
- Islam sebagai syariat substansinya adalah keadilan
- Islam sebagai amal praktis substansinya adalah amal yang sempurna
- Islam sebagai etika substansinya adalah perasaan
- Islam sebagai konsep relasi substansinya adalah persaudaraan
- Islam sebagai peradaban substansinya adalah keseimbangan
Hal 8; Iman: Antara formalitas dan substansi
“Dalam hal ini penulis sangat kagum terhadap metodologi kaum salaf yang banyak merujuk pada Al-Quran Al-Karim maupun As-Sunnah Al-Muthahharah dalam membangun dan memperkokoh keimanan. Meminjam ungkapan Al-Allamah Ibn Al-Wazir Al-Yamani, mereka lebih mengutamakan pendekatan-pendekatan ala Al-Quran ketimbang pendekatan filsafat Yunani. Hal lain yang membuat penulis kagum pada metodologi kaum Salaf ialah, mereka sangat concern untuk membebaskan manusia dari penyembahan terhadap manusia yang lain, dan mengajarkan bahwa penyembahan hanyalah hak Allah Swt semata”.
Hal 9-13
Iman menurut Al-Quran dan As-Sunnah:
- Iman sebagai kekuatan penunjuk
- Iman sebagai kekuatan pendorong
- Iman sebagai kekuatan pengontrol
- Iman sumber ketenangan
Hal 31
Implementasi Al-Quran: antara Formalitas dan Substansi
“Al-Quran adalah ruh eksistensi Islam, tiang agama dan umat, asal akidah dan tuntunan perilakunya, serta sumber syari’at dan hukum-hukumnya.”
“Al-Quran yang menurunkan legitimasi pada sumber-sumber hukum tersebut, dan memberinya kepercayaan. Hal ini mengingat posisi Al-Quran sebagai teks ilahiyah yang terbebas dari kesalahan, yang ayat-ayatnya menjadi sandaran hukum dan diberikan penjelasan dari sisi Allah Swt (Dzat yang tak mungkin melakukan kesalahan secara disengaja maupun tidak disengaja), wahyu dari Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.”
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)”. (QS. Al-A’raf 7:3)
“Allah juga menyuruh seluruh umat agar mengambil hukum dari Al-Quran, baik itu para pemimpin maupun yang dipimpin, yang memerintah maupun yang diperintah, karena sesungguhnya Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt agar menjadi rujukan hukum di antara manusia.”
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu...” (QS An-Nisa’ 4: 105)
Hal 33
Kita lihat pula bagaimana sikap para Khulafa Rasyidin ketika seseorang mengajukan opini banding terhadap pendapat mereka berdasarkan dalil-dalil Al-Quran, mereka langsung menerima dan tunduk pada apa yang telah digariskan dalam Al-Quran.
Suatu kali, ‘Umar bin Khattab marah mendengar ucapan seorang kepala kaum badui. Akan tetapi, salah seorang saudara orang tersebut mengingatkan Umar dengan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf 7: 199). Maka luruhlah kemarahan Umar dan ia segera tunduk pada pesan Kitabullah.
Hal 33-34
Demikian pula, ketika kebijakan Umar tentang penentuan batas maksimal mahar ditentang oleh seorang perempuan muslimah di mesjid, seraya mengingatkannya pada firman Allah Swt, “...sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak...” (QS An-Nisa’ 4: 20). Umar segera menarik kembali kebijakannya itu. Ia berkata, “Perempuan ini benar, dan Umar yang salah!”.
Hal 74
Berbuat untuk Dunia dan Akhirat
Salah satu kelebihan Islam adalah; Iaa tidak membedakan (urusan-urusan) dunia dan akhirat, serta tidak membuat pertentangan antara keduanya. Toh Nabi Muhammad Saw paling sering berdoa dengan melafadzkan doa ‘sapu jagat’ dalam Al-Quran, “Ya Tahun kami,
Hal 268-269
Bahu-membahu Menghadapi Ateisme dan Libertinisme
Bahu-membahu menghadapi orang-orang yang memusuhi keimanan terhadap agama-para penyeru ateisme dalam akidah dan libertinisme dalam tingkah laku- dari kalangan penganut materialisme, pegiat nudisme, pergaulan bebas dan penyimpangan hubungan antar jenis, perkawinan homo seksual dan lesbi.
Maka orang-orang yang beriman pada kitab-kitab samawi harus berdiri dalam satu barisan untuk menghadapi mereka yang hendak menghancurkan kemanusiaan dengan seruan-seruan dan tingkah laku mereka yang menyesatkan. Mereka hendak meluncur dari mahligai kemanusiaan menuju jurang kebinatangan.
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS Al Furqan 25:44-45)
Referensi Ilmu Buku Islam: Karya Dr Yusuf Al-Qardhawi Berjudul Kebangkitan Gerakan Islam, dari Masa Transisi Menuju Kematangan
Reviewed by Santana Primaraya
on
5:22:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment