Cover Buku |
PENDAHULUAN
Pada sebuah artikel ditahun 2005 dikemukakan bahwa “untuk menciptakan reformasi birokrasi haruslah ada penghapusan sistem feodalisme dikalangan birokrat pemerintahan RI”. Tetapi saya kembali membaca sebuah artikel pada tahun 2012 dikemukakan kembali bahwa “untuk sukses melaksanakan reformasi birokrasi diharuskan menghapus budaya feodalisme yang melekat erat dikalangan birokrat pemerintahan”. Jadi apakah selama tujuh tahun terakhir itu belum jadi dilaksanakan penghapusan budaya feodalisme yang diberlakukan dengan tepat sasaran?
Bisa dimaklumi jika diantara orang Indonesia masih melekat budaya feodalisme, karena ternyata budaya itu telah diajarkan oleh para ‘sesepuh’ bangsa Indonesia sedari zaman kerajaan bertahun-tahun silam. Dimana memang pada zaman tersebut ada sebuah sistem pengkastaan dilapisan masyarakat yaitu kasta atas, menengah dan bawah. Adapun fenomena pengkastaan ini adalah orang yang berkasta bawah tidak akan bisa naik ke kasta menengah dan terlebih ke kasta atas begitupun sebaliknya orang dikasta atas bisa dengan santainya menjalani kehidupan karena mereka telah mengetahui sedari awal bahwa nasibnya tetap akan menjadi seseorang yang berkasta atas seumur hidupnya.
TENTANG BIROKRAT BERKARAKTER SUKSES
Seorang mahasiswa aktivis pada sebuah organisasi forum kajian pemerintahan melakukan aksi yang mengecam tindakan para oknum Pejabat Pemerintahan yang berbuat sewenang-wenang pada masa Orde Baru yang melakukan berbagai tindakan pidana hukum seperti contoh tindakan pidana korupsi (Tipikor). Dirinya tidak hanya menyampaikan didalam forum secara ketus didepan mahasiswa lain, tetapi juga ikut turun jika diajak melakukan aksi unjuk rasa atau demonstrasi oleh teman-temannya yang juga kontra terhadap pejabat pemerintahan. Termasuk pada insiden kerusuhan tahun 1998, dirinya juga ikut berdemonstrasi sampai ke Gedung MPR RI dan berorasi mengecam agar segera dilaksanakan reformasi pemerintahan. Tetapi ketika sekarang dirinya telah sukses dan menjabat sebagai pejabat di birokrasi pada sebuah lembaga tinggi pemerintahan, ternyata dirinya juga melakukan tindak pidana korupsi yang pada saat Mahasiswa dikecamnya.
Wajar saja ketika seseorang melihat orang lain yang sedang berbuat sebuah kesalahan maka dirinya akan berpikir ‘singkat’ dan mengatakan, “Dia sedang berbuat hal yang ‘menyalahi’ ketentuan!” dan jika bisa selaku orang yang menyadari hal tersebut adalah sebuah ‘kesalahan’ maka dirinya ingin memperbaiki hal tersebut dengan berusaha menyadarkan orang tadi. Tetapi jarang ada orang mau berpikir sedikit lebih ‘keras’ lagi jika menemukan kejadian seperti itu. Jarang ada orang yang kemudian berpikir, “Bagaimana jika saya berada dalam posisi seperti orang yang bersalah itu? Dengan berbagai situasi dan kondisi yang mungkin tidak memungkinkan saya melakukan hal yang baik? Atau mungkin ada hikmah hukum sebab-akibat yang berbuah kebaikan dibalik kejadian buruk itu?”.
Banyak kejadian di dunia birokrasi pemerintahan di Indonesia, pada awalnya dirinya mengatakan bahwa dirinya akan menjadi birokrat yang baik dan sebisa mungkin menjadi teladan bagi masyarakat. Tetapi setelah mendapatkan status sebagai birokrat, nyatanya dirinya tidak lagi memiliki tekat berbuat baik karena adanya banyak alasan yang tiba-tiba harus dihadapinya dibirokrasi ini, berbagai alasan itu seperti contoh sudah merasa hidup nyaman dengan adanya gaji tetap seorang berstatus PNS, lalu ada juga yang beranggapan bila bekerja terbaik sekalipun tetap tidak bisa sukses secara mudah bahkan mungkin bisa saja sebaliknya orang-orang yang bekerja buruk karena memiliki kedekatan dengan atasan maka dirinyalah yang justru yang mendapat promosi jabatan ketimbang orang yang telah bekerja secara terbaik serta berbagai alasan lain yang mungkin lebih pembaca ketahui berdasarkan pengalaman pribadi pembaca, sehingga kondisi seperti itulah yang akhirnya mereka jadikan sebagai alasan untuk bisa mangkir dari karirnya sebagai birokrat.
Sebenarnya sudah banyak pula ajaran dari para tokoh akademisi besar nasional lainnya untuk mereformasi birokrasi, tetapi ternyata kebanyakan itu mengenai manajemen organisasi didalam birokrasinya saja agar bisa bekerja lebih efektif dan efisien. Sedangkan untuk mengubah mindset para pelaku birokratnya ini yang tentu dibutuhkan lintas disiplin ilmu lain sebagai solusi dari permasalahan birokrasi ini, yaitu perlunya ilmu psikologi sebagai bahan referensi tambahannya.
Berdasarkan analisis dari ilmu psikologi, maka ditemukan sebuah kesimpulan bahwa jika reformasi birokrasi hendak dilakukan kepada masing-masing personal birokratnya maka diperlukan karakter yang khusus dan diperlukan oleh birokrat mencakup berbagai aspek untuk bisa sukses seperti pada aspek kesuksesan pekerjaan maupun aspek kesuksesan secara personal, sehingga mereka termotivasi untuk terus bekerja dan berprestasi melalui pekerjaannya. Maka dari pemikiran itulah buku ini hadir sebagai buku motivasi para birokrat untuk dapat menjadi 100% Abdi Negara yang sesungguhnya, yaitu seorang Abdi Negara yang sukses personal dan pekerjaannya.
TENTANG DI ERA KONSEPTUAL
Pemuda ini adalah pemuda idaman wanita. Wajah dan penampilannya menarik, memiliki penghasilan tetap dari pekerjaannya yang membuatnya mapan secara ekonomi, kesehariannya selalu rajin mengerjakan apapun termasuk menolong orang lain diluar hal rutinitas pekerjaannya, bahkan karena sanking rajinnya, untuk waktu istirahatpun hampir ditiadakannya karena waktu istirahatnya itu digunakannya juga untuk menyelesaikan pekerjaan apa yang masih bisa diselesaikannya selagi masih mampu. Karena seringnya pemuda ini ketiduran disaat jam istirahat kantor dimeja ruangannya, orang-orang merasakan bahwa pemuda itu telah bekerja banting tulang tidak kenal waktu, maka hal yang wajar setiap wanita menyukai dirinya sebagai sosok calon suami yang baik. Tetapi ternyata manakala dirinya telah menikah dengan seorang wanita, wanita itu merasa kesal dengan keseharian suaminya. Lantas seringnya bekerja tidak kenal waktu, pemuda itu jarang menyisihkan waktu malamnya untuk dapat berhubungan intens dengan istrinya sendiri.
Kisah diatas sedikit menegur kita bahwa sekarang ini dengan alih-alih sibuk pada pekerjaan (work a holic) sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat bersama dengan orang-orang yang dicintainya. Karena ternyata ada hal yang tidak dimengerti oleh pemuda tersebut, yaitu tentang adanya perubahan zaman berdasarkan pola kesuksesan yang telah mengubah tatanan kehidupan manusia di era modern ini.
Setiap waktu akan ada berbagai perubahan yang terjadi secara meng-global yang mau tidak mau harus dihadapi oleh umat manusia. Maka dari itu pada setiap zaman ada teknik-teknik tersendiri agar bisa sukses menaklukkan zamannya atau paling tidak bisa tidak harus dipusingkan oleh pengaruh ciri perubahan zaman yang tidak selalu sama dengan ciri zaman sebelumnya.
Perhatikanlah kutipan favorit yang saya sering sampaikan disetiap seminar dan pada intro dari setiap buku-buku terbitan sebelumnya seperti berikut ini:
“Justru orang yang malas sebenarnya adalah orang yang terlalu rajin bekerja, sanking rajinnya, dia tidak meluangkan waktunya untuk mempelajari konsep apa yang bisa membuat pekerjaannya tadi menjadi dapat lebih mudah dikerjakannya.” (M. Arafat Imam G)
Memang kutipan diatas relevan terhadap fenomena orang-orang yang terlihat super sibuk pada bidang pekerjaannya, padahal bisa saja dikatakan bahwa seharusnya orang yang sibuk ini adalah seseorang yang tidak menghasilkan apa-apa melainkan hanya orang yang bekerja untuk sebuah ke-fana-an. Maka jika Anda turut membenarkan kutipan saya diatas benarlah sudah bahwa kini konsep telah memegang peranan penting era ini. Dengan konsep setiap pekerjaan akan lebih mudah dikerjakan dan dengan konsep seorang birokrat mampu lebih sukses dibandingkan birokrat lain yang tidak mengerti konsep sama sekali. Maka dari itu beruntunglah bagi Anda yang telah memegang buku yang siap Anda baca ini.
***
Saya menyadari sebagai penulis muda seperti saya, saya tidak memiliki jam terbang yang lebih tinggi daripada birokrat senior lain yang telah merasakan asam-manis dunia birokrasi. Mungkin juga tidak sejenius para pakar dunia keilmuan pemerintahan ternama nasional lain yang telah menghasilkan puluhan literatur yang membahas tentang agenda reformasi birokrasi. Tetapi dengan keunggulan seorang pemuda yang penuh dengan motivasi dan semangat semboyan ‘Yang muda yang berkarya’ dan seorang penulis buku yang sering merumuskan solusi dengan pemikiran ‘otak kanan’ yaitu selalu ‘Thinking Out of The Box’ maka saya semakin yakin buku ini mungkin bisa saja lebih berguna daripada buku literatur lain yang tidak kunjung mengubah secara langsung mindset para birokrat. Waallahualam, saya sebagai penulis hanya berusaha sedangkan yang menentukan hanya Allah ta’ala.
Saya juga berguru secara langsung dan tidak langsung pada para akademisi di lingkungan IPDN yang membuat saya mengetahui seluk-beluk dunia birokrasi yang sangat luas, serta berbagai pengalaman langsung dari para praktisi Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota), Kepala SKPD, Pejabat Tinggi Negara lain yang pernah datang dan mengisi seminar/kuliah umum selama saya mengenyam pendidikan di kampus penulis maupun melalui banyak kisah dari senior dari Purna Praja sekolah tinggi kepamongprajaan APDN-STPDN-IPDN dari berbagai kalangan dan beberapa daerah tertentu. Adapun walaupun saya murid dari guru-guru saya, tetapi sudah sepatutnya seorang murid juga menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada gurunya agar bertambah keyakinan dari sang gurunya terhadap kebenaran teorinya, maka daripada itu sudah sepantasnya masalah usia bukan faktor penghalang penulis menyampaikan hal-hal yang lebih profesional pada bidang berbirokrasi ini. Serta jika Anda menyukai isi muatan buku ini, saya ucapkan terima kasih karena artinya saya telah sukses menjadi seorang motivator termuda dari kalangan birokrat yang bersegmentasikan khusus untuk menularkan kembali ilmu kepada kemajuan dunia birokrasi ini. Lalu jika bisa, pinjamkan atau sarankan buku ini kepada orang-orang terdekat Anda untuk juga bisa membeli dan membaca buku ini, karena semakin banyak yang membeli buku ini maka akan semakin banyak juga donasi sumbangan yang disisihkan dari royalty penulis untuk pundi-pundi sumbangan kepada Yayasan Sosial. Lebih penting lagi, semoga buku ini dapat bermanfaat dan menginspirasi pembaca menjadi seorang BIROKRAT BERKARAKTER SUKSES DI ERA KONSEPTUAL...
Muhammad Arafat Imam Ghozali
Bureaucrat – Author – Public Speaker
Informasi Buku:
Penulis: M Arafat Imam G
Penerbit: Penerbit Bukubabe
Cetakan Perdana: November 2013
Tebal Buku: 276 Halaman + XVI
Beli buku ini: Toko Buku (Mulai Januari 2014) dan Beli Online di www.penerbitbukubabe.com (Berdiskon Khusus)
Pendahuluan Buku Birokrat Berkarakter Sukses di Era Konseptual karya M Arafat Imam G
Reviewed by Santana Primaraya
on
8:52:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment