Sifat Allah Qiyamuhu bi Nafsihi (Allah Maha tidak membutuhkan pertolongan), Qudrat (Allah Maha Kuasa) dan Iradah (Allah Maha Berkehendak) membuat siapa saja yang berdoa, termasuk Yesus Kristus (Nabi Isa As) yang berdoa di Taman Getsemani, memperlihatkan bahwa beliau bukanlah Tuhan, karena Tuhan dalam sifat-Nya tidak membutuhkan pertolongan, sedangkan berdoa adalah memperlihatkan pertanda penghambaan diri merendah serendah-rendahnya untuk mohon dikasihi.
Contoh lain dalam hal ini adalah tidak mungkinnya bila Tuhan menyerupai apa pun yang lain selain diri-Nya, walaupun Tuhan pasti mampu membuatnya sekalipun, tetapi sebuah kepastiannya tentu secara logika untuk apa Tuhan melakukan hal tersebut? Adapun jawaban atas pertanyaan serupa juga didapat dari pertanyaan berikut ini: “Mampukah Tuhan menciptakan diri Tuhan yang lain setara dengan diri-Nya?”
Maka sebaiknya pertanyaan tersebut dikembalikan kepada si penanya dengan sebuah perumpamaan. “Andaikata Saudara memang hebat, tentu saja saudara mampu memakan kotoran Anda sendiri, walaupun itu tidak mungkin”. Sudah barang tentu kalau orang tersebut tidak marah, maka jawaban terbijak darinya adalah “Saya mampu untuk itu, tetapi untuk apa saya lakukan hal tersebut? Sungguh tidak ada manfaatnya”. Nah kalau orang tersebut tidak berkenan, maka begitu pulalah dengan Allah.
Allah itu bebas menciptakan segala sesuatu (merupakan sifat jaiz dari Allah Swt), tetapi untuk apa masing-masing penciptaan itu? Sebagaimana kita tahu bahwa Allah tidak menciptakan segala sesuatunya ini dengan sia-sia/percuma atau hanya formalitas semata. Tentu ada hikmah dari semua penciptaan-Nya ini/ tidak sembarangan. Allah yang tentunya dalam hal ini telah Maha Berpengalaman setelah tindakan-Nya menciptakan segala sesuatunya di langit dan di bumi sebagaimana Ia juga telah menciptakan manusia yang berakal, bahkan lebih dari itu Allah juga sudah menciptakan ketentuan takdir dan nasib sebelumnya terhadap segala apa yang akan terjadi dengan ciptaan-Nya itu.
Jadi ada dua hikmah yang dapat kita ambil dari logika diatas, yaitu pertama bahwa jika kesemua itu dapat dikerjakan-Nya sendirian, maka apakah masih dibutuhkan Tuhan yang lain? Kedua, apabila Ia tetap menciptakan Tuhan-Tuhan selain diri-Nya-pun, justru tentu memperlihatkan kekurang-maha-kuasaan-Nya (kendati Ia selalu dipuji walaupun bukan butuh pujian, tetapi kita makhluk-Nya yang butuh memuji-Nya karena Ia senang dipuji).
Mahasuci Allah dari segala apa yang dipersekutukan dengan-Nya. Jadi kalau dikatakan Allah itu Maha Sombong, itu memang betul. Karena Allah adalah Maha Kaya, pencipta langit dan bumi, tidak memerlukan sesuatu sedikitpun, dan Maha Terpuji. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.
Sumber: Logika, Etika dan Estetika Islam. Inu Kencana Syafiie. PT Pertja, Jakarta, 1998. Hlm 81
Logika bahwa Allah adalah Tunggal
Reviewed by Santana Primaraya
on
2:39:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment