Kompleksitas Hubungan Penerbit, Penulis, Distributor, Toko Buku, IKAPI dan PNRI dalam Menerbitkan Buku

Baca Referensi Serupa Lain (Klik Disini)
Kehadiran internet memungkinkan seorang penulis, penerbit, distributor, toko buku, IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), dan PNRI  (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) saling berkomunikasi, berkoordinasi, bersinergi serta sama-sama bekerja membangun visi baru perbukuan di Indonesia. Faktanya menyatukan 6 unsur ini tidak mudah. Sebab, masing-masing pihak memiliki ideologi yang kontradiktif.

Apa dan bagaimana gambaran umum hubungan penulis, penerbit, distributor, toko buku, IKAPI dan PNRI. Deskripsinya antara lain adalah sebagai berikut:

Hubungan penerbit dengan penulis

Berkembangnya jasa agen literasi (penulis) memudahkan penerbit mendapatkan naskah sesuai tema yang diinginkan penerbit. Faktanya, penerbit sering kecewa melihat/membaca naskah yang dipesan melalui jasa agen literasi. Sementara dari sisi agen literasi, naskah sudah dikerjakan sesuai standar kepenulisan. Murahnya harga yang ditawarkan penerbit dan pendeknya durasi tempo yang diberikan penerbit kepada agen kepenulisan menjadi kendala tersendiri.

Kemauan penerbit

Naskah yang dipesan tidak perlu lagi disunting ulang. Tinggal disetting (layouter), lalu print kertas, kemudian proof reading untuk finishing. Urutan ini tidak ada aturan baku setiap penerbit akan memiliki mekanisme kerja masing-masing sesuai kebutuhan.

Penulis pun bisa kecewa oleh penerbit yang terkadang memberi harapan, “Buat saja terlebih dahulu naskahnya. Nanti setelah selesai kami pertimbangkan.” Penulis jangan merasa “melambung angan” seolah-olah naskahnya sudah langsung diterima. Bukan itu yang dimaksudkan oleh penerbit.

Selain itu, ada penerbit yang tidak mengembalikan naskah, tidak memberi jawaban naskah diterima/ditolak. Ada penerbit yang tidak menerima naskah melalui surat elektronik (email), melainkan softcopy (print-out). Umumnya penerbit tidak menerima naskah sinopsis sementara naskah utuh belum rampung. Ingat, tulisan copypaste (duplikasi) dari internet sangat mudah diketahui oleh tim redaksi.

Penulis berhak mendapatkan informasi penjualan buku (royalti) secara berkala triwulan, per semester/enam bulan sekali atau menerima kompensasi dari naskah beli “jual-putus.”

Hubungan penerbit dengan distributor

Penerbit memberikan rabat kepada distributor maksimal 36%-40%, sementara distributor menginginkan rabat sebesar 50% dengan alasan distributor  menanggung beban ongkos kirim ke toko-toko buku. Belum lagi apabila buku tidak laku. Bea retur buku dari distributor ke penerbit ditanggung oleh distributor.

Hubungan penerbit dengan toko buku

Berkembangnya teknologi internet memungkinkan pengiriman laporan penjualan buku dilakukan secara realtime dan berkala. Penerbit dapat berlangganan B2B (business to business) atau B2C (business to commerce). Misal penerbit A menjual buku di Toko Buku Gramedia.

Gramedia akan memosting judul buku yang terjual dari masing-masing cabang (branch) Toko Buku Gramedia. Judul, stok buku, jumlah order pemesanan dari penerbit semua bisa dilihat langsung oleh penerbit melalui akses online B2B. Penerbit langsung mengakses alamat B2B. Setiap penerbit akan memiliki password dan ID saat login di B2B. Kendalanya, tidak semua tokobuku terhubung dengan internet. Masih banyak penerbit yang mengandalkan sistem manual dan jurnal harian.

Saat ini banyak dijumpai penerbit membuka sendiri tokobuku (e-store) melalui portal situs online sesuai dengan nama penerbit sehingga customer yang ingin membeli mengenali bahwa penerbit A menjual buku A. Dengan adanya sistem e-commerce yang dapat mengkolaborasi kebutuhan transaksi pembeli, penjual, sistem otentikasi, sistem pembayaran elektronik, logistik dan sistem distribusi, perbankan. Hal ini telah benar-benar mengubah model bisnis tradisional kepada modern bisnis.

Hubungan penerbit dengan IKAPI

Selaku tempat bernaung para penerbit tampaknya kurang harmonis. Penerbit “mengeluhkan” mahalnya ongkos sewa stan pameran buku. Saat pameran buku, pedagang buku boleh ikut menyewa stan sehingga antara pedagang dan penerbit buku terjadi kompetisi kurang sehat. Pembeli kadang “bingung” mengapa harga sebuah buku di stan penerbit jauh lebih mahal daripada di stan pedagang buku. Contoh: Kamus Bahasa Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily terbitan PT. Gramedia Jakarta harga jual di stan pedagang buku sekitar Rp. 30.000,- sedangkan di penerbit aslinya walaupun sedang pameran dijual sekitar Rp. 70.000,-. Dengan sendirinya customer memilih harga murah, isi buku sama. Perbedaan harga yang signifikan  menimbulkan “kecurigaan,” dan ternyata buku yang dijual adalah buku bajakan. Fenomena ini, bukan satu dua judul saja buku yang dibajak, mungkin ada ratusan judul. Itu baru satu tempat di Bandung misalnya. Siapa yang dapat menjamin di Jakarta, Yogya, Surabaya, Medan, Semarang tempat basis terbesar penjualan buku, bersih dari buku-buku bajakan. Penerbit merugi, distributor merugi, dan penulis pun merugi. Bagaimana sikap IKAPI menghadapi hal ini? Mengapa tidak dilaporkan kepada pihak berwajib agar diambil tindakan tegas.

Hubungan penerbit dengan PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia).

Setiap buku terbitan baru wajib dilengkapi dengan ISBN-International Standard Book Number (Nomor Buku Standar Internasional).
ISBN adalah nomor identitas judul buku. Fungsinya mencegah terjadinya kekeliruan dalam pemesanan buku. ISBN terdiri 10 digit angka. 3 digit pertama pengenal kelompok, empat digit kedua pengenal penerbit, dua digit ketiga pengenal judul buku, dan satu digit terakhir merupakan pemeriksa nomor digit. Khusus untuk Indonesia kode awal ISBN-nya adalah 979.
Dahulu ISBN dipesan melalui cara faksimile ke nomor PNRI. Kemudian PNRI mengeluarkan  barcode dan penerbit mengambil langsung ke penerbit. Setiap nomor pemesanan ISBN dikenakan biaya. Kemudahan sekarang ini adalah seluruh pemesanan dapat dilakukan secara online melalui email. Penerbit akan mendapatkan langsung nomor ISBN dengan catatan penerbit sudah mengirimkan gambar cover buku, daftar isi, teks belakang, sinopsis buku, dan membayar nomor pemesanan.
Kemudian kewajiban penerbit buku, setelah buku dicetak wajib pula mengirimkan buku minimal 2 eksemplar untuk setiap judul ke PNRI. Hal ini berguna supaya buku yang diterbitkan menjadi koleksi perpustakaan nasional dan publik dapat mengetahui perkembangan terbitan buku-buku terbaru.

Komposisi Manajemen di Penerbitan Buku

Secara singkat sebuah penerbitan memerlukan tim sekurang-kurangnya sebagai berikut:
  1. Direktur
  2. Manajer redaksi
  3. Chief Editor
  4. Translator
  5. Layouter-Setter
  6. Proof reading
  7. Marketing
  8. Checker
  9. Warehouse
  10. Admin jurnal
  11. Admin database website
  12. Desainer cover

Kondisi sekarang ini justru sangat memungkinkan “menjamurnya” penerbit-penerbit baru yang tidak memerlukan kantor “megah”. Pekerjanya tidak melibatnya banyak orang, terpenting tim inti bekerja efisien dan produksi buku baru terbit setiap bulannya dengan tetap mendapatkan nomor ISBN. Tanpa ISBN Toko Buku Gramedia umumnya tidak menerima. Karena, ISBN memudahkan untuk penyusunan penempatan buku berdasarkan kategori tema masing-masing.
***
Pembahasan kali ini adalah tentang hubungan penerbit dengan penulis, penerbit, distributor, toko buku, IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), dan PNRI  (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia). Mengapa pembahasan penerbit buku konvensional-edisi cetak menjadi penting di tengah derasnya gempuran dunia online. Sebab, masih banyak yang mencintai buku dan hubungan antara mereka diatas harus tetap singkon seiring berjalan..
Kompleksitas Hubungan Penerbit, Penulis, Distributor, Toko Buku, IKAPI dan PNRI dalam Menerbitkan Buku Kompleksitas Hubungan Penerbit, Penulis, Distributor, Toko Buku, IKAPI dan PNRI dalam Menerbitkan Buku Reviewed by Unknown on 10:07:00 PM Rating: 5

2 comments:

Ghozali said...

Menulis buku itu sebenarnya lumayan mudah, tapi kalau mau mencetak dan menjualnya saja yang lumayan rumit.... -,-

Anonymous said...

What if there was a way to get thousands of visitors a day to your www.mediatamamag.com website and make $144,000 in one month
with:

* No prior experience
* No SEO or tech experience
* No selling or cold calling
* No substantial investments in advertising or marketing

Sounds crazy, but it's true, and here's proof:

http://auto-traffic-avalanche.com/download.html

I don't know how long this system is going to be up, but you
owe it to yourself to check it out...

http://auto-traffic-avalanche.com/download.html

It will just take a minute, and it could change your life
for the better!

http://auto-traffic-avalanche.com/download.html

Best Regards,
Your old friend Elizabeth

Powered by Blogger.