Melakukan Perkosaan/Sexual Crime, Bimbingan Seksualitas

Baca Referensi Serupa Lain (Klik Disini)
Perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan cara memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual. Perkosaan bisa terjadi pada orang yang dikenal, saudara atau keluarga terdekat, anak, istri, atau orang yang sama sekali tidak dikenal.

Perilaku menyimpang seperti ini sangat bertentangan dengan norma susila dan tidak sejalan dengan fitrah sosial yang saling membantu dan memahami perasaan orang lain. Mereka tidak sadar bahwa orang lain pun memiliki perasaan dan hak merdeka yang sama. Bahkan mereka tidak berpikir, bagaimana jika justru keluarga sendiri yang diperkosa.

Pemerkosaan hingga saat ini masih menghantui para wanita. Uniknya 80% wanita yang diperkosa mengenal pemerkosanya baik teman dekat, tetangga, pacar, atau anggota keluarganya sendiri. Menurut data hasil survey di Amerika Serikat, lebih dari 700.000 wanita pertahunnya diperkosa atau mendapatkan serangan seksual. Hal ini berarti, di Amerika setiap enam detik ada satu orang wanita diperkosa. Di Peru kisahnya lebih menyedihkan, sekitar 90% wanita muda (usia 12-16 tahun) yang terkapar di rumah sakit adalah korban akibat perkosaan. Lebih menyedihkan lagi kebanyakan dari mereka diperkosa oleh anggota keluarganya sendiri kuantitas dan kualitas perkosaan saat ini sangat mangkhawatirkan.

Pelaku perkosaan bukan sebatas memperkosa, tapi juga disertai pembunuhan. Bahkan akhir-akhir ini perkosaan dilakukan terhadap anak balita yang juga disertai pembunuhan. Di samping itu paman memperkosa cucunya, ayah memperkosa anak gadisnya, bahkan anak memperkosa ibu kandungnya sendiri kerap terjadi.

Paling menyedihkan, penegakan hukum di Indonesia masih belum berpihak pada korban. Tak jarang pengadilan membebaskan pelaku hanya karena tidak ditemukan bukti yang kuat atau pelaku mengaku hubungan intim itu dilakukan suka-sama suka. Hal ini semakin menambah derita korban perkosaan. Akibatnya, tak jarang yang bunuh diri dan tak sedikit yang akhirnya trauma dan antipati terhadap laki-laki.

Penyebab kuantitas kasus perkosaan kian meningkat karena kian gencarnya media cetak dan elektronik yang menyajikan menu seks secara vulgar. Menjamurnya peredaran VCD porno pun kian gencar dan aparat tidak berdaya menghadapi kondisi ini. Semua itu faktor utama meningkatnya perkosaan di Indonesia. Terbukti, saat diinterogasi, para pelaku perkosaan itu mengaku melakukan perbuatan nista itu setelah menonton film porno.

Yang tak kalah pentingnya, norma-norma Islam kian memudar sebagai imbas terlalu gencarnya arus informasi Barat yang masuk. Sementara itu pendidikan agama di sekolah-sekolah umum terus dikurangi. Akibatnya, generasi muda kini semakin rentan terhadap berbagai penyimpangan seks.

Memperhatikan fenomena yang ada, kasus perkosaan di Indonesia sangat mengerikan. Palakunya tidak terbatas pada teman dekat, justru yang paling banyak ditemukan dan terjadi dalam dekade ini adalah kasus perkosaan yang pelakunya bapak kandung, saudara kandung hingga anak kandung.

Menurut psikolog UI, Zainoel B. Biran berpendapat bahwa kondisi seperti ini di samping karena faktor psikologis, sosial dan ekonomi juga karena tersumbatnya nurani para pelaku. Di era kompetitif yang tidak diimbangi keadilan ekonomi menjadikan orang mengambil “jalan pintas”. Karena itu, di samping butuh perbaikan ekonomi dan sosial, arah pembangunan mesti ditegakkan dengan semangat agama.
Melakukan Perkosaan/Sexual Crime, Bimbingan Seksualitas Melakukan Perkosaan/Sexual Crime, Bimbingan Seksualitas Reviewed by Unknown on 1:44:00 AM Rating: 5

1 comment:

sersan said...

http://www.mediatamamag.com/2013/12/melakukan-perkosaansexual-crime.html

Powered by Blogger.