Baca Referensi Serupa Lain (Klik Disini) |
Masa remaja sarat dengan berbagai gejolak psikologis. Sedikit saja tersinggung, maka emosinya meledak-ledak dan biasanya tak terkendali. Masa ini juga masa yang sarat fantasi atau khayalan. Antara kekuatan emosi dan khayalan memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negatif di antaranya pada penyimpangan seksual dan pornografi.
Seks itu sendiri pada dasarnya kekuatan. Seks bisa mendorong dan mempengaruhi seseorang untuk berbuat apa saja demi tujuan nafsunya. Seks bisa juga berarti api, sedikit saja tersulut, maka gelombang bara yang dahsyat akan membakar segala yang ada. Seseorang yang mulai bermain dengan syahwat (seks) berarti mulai bermain dengan api. Sifat api biasanya membakar dan membesar jika ada respon atau bahan yang layak terbakar.
Jika kekuatan emosi remaja bersatu dengan kekuatan seks, maka bisa terbayang masa depan mental remaja itu sendiri. Tak heran jika para psikolog sendiri cenderung lebih mengkhawatirkan jika ternyata kekuatan emosi ini berpadu dengan seks. Rangsangan tanpa pelampiasan menyebabkan seseorang –khususnya laki-laki– menderita gelisah, sedih dan tak merasakan ketenangan serta kestabilan jiwa.
Bacaan porno stensilan edisi Enny Errow terkenal dekade tahun 80-an. Seiring dengan perkembangan zaman, bacaan-bacaan itu kini jauh lebih vulgar. Bahkan jika dulu disebarkan secara sembunyi-sembunyi, kini sangat terbuka. Tabloid-tabloid dan majalah-majalah porno kini bertebaran di mana-mana. Saban hari hampir tak ada cerita porno yang tidak mereka muat. Cerita-cerita porno itu jelas memberikan fantasi porno pada generasi muda. Entah dengan alasan kebebasan pers atau bisnis, yang jelas fenomena ini ikut andil menghancurkan mental generasi muda.
Begitu pula peredaran VCD porno semakin marak saja. Banyak memang razia, tapi tidak menyentuh hulu atau orang yang paling bertanggung jawab. Akibatnya peredaran VCD porno tetap marak.
Bagi yang cukup berada, cerita, foto dan video porno dapat diakses dari berbagai situs internet yang jumlahnya sulit dihitung. Untuk menjelajah situs itu tidaklah mudah, kini tersedia perangkat komputer dan internet dengan harga murah.
Zaman memang semakin edan. Hawa nafsu jadi kendali. Hukum sudah tidak berlaku. Yang ada hanyalah hukum “hak asasi manusia” yang menjamin kebebasan untuk berbuat apa saja sesuka hati. Kebebasan pers pun yang semula dimaksudkan agar bebas berkata benar tanpa ada intimidasi, kini justru bebas juga berkata salah. Kebebasan pers disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif.
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat daripada binatang ternak.” (QS. Al-Furqon: 43-44).
Realitas dalam kehidupan modern ternyata telah berbicara banyak mengenai kasus penyimpangan seksual yang dilakukan para remaja. Hampir 75% kejahatan seksual dilakukan para remaja baik usia sekolah maupun mereka yang berada dalam transisi menuju kedewasaan. Dengan demikian terbuktilah bahwa begitu bahaya jika mental remaja telah berpadu dengan masalah seks.
Jika masalahnya sedemikian gawat, maka pornografi menjadi sebuah masalah tersendiri bagi peradaban modern. Dunia Barat sendiri yang telah lama memproklamirkan kemajuan, dari segi moral remaja telah dihancurkan oleh kekuatan free sex dan pornografinya. Terutama para remajanya, mereka telah dibakar dengan berbagai tayangan erotik bahkan dari semenjak sekolah dasar, lewat berbagai bacaan atau tayangan televisi dan radio. Hingga bisa dibayangkan bagaimana kehancuran generasi penerus mereka di masa mendatang. Jika diperinci satu persatu, bahaya pornografi ini di antaranya:
a. Memberikan fatamorgana negatif dalam daya khayal remaja yang berakibat mereka tersiksa dari sudut mental
Mengapa mereka mesti tersiksa? Sebab utamanya adalah tidak adanya penyaluran (mereka belum menikah). Seks adalah kekuatan. Maka jika kekuatan ini tidak tersalur, bukan hal mustahil terjadi tindakantindakan yang keluar dari norma masyarakat dan agama (zina). Yang lebih berbahaya jika fantasi seks ini menjadi sebuah beban mental. Jika ini terjadi, maka mereka menjadi sosok yang terbelakang dari segi mental. Mereka menjadi sosok manusia minder dan merasa terasing dari lingkungan sekitarnya. Akibat dari minder atau keterbelakangan mental ini di antaranya:
- Memicu tindakan pemuasan seksual dengan diri sendiri yaitu masturbasi atau onani.
- Mendorong pemuasan seksual pada sosok yang tak berdaya (pemerkosaan) pada lawan jenis. Hal ini terbukti, gencarnya pornografi dalam berbagai media, di mana-mana bermunculan kasus pemerkosaan anak kecil dan lebih sadis lagi munculnya berbagai kasus sodomi.
- Memicu hubungan seks ekstramarital atau pemuasan hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri, baik kakak terhadap adik atau sebaliknya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena seks adalah kekuatan dan jika dorongan telah memuncak, bisa gelap mata sehingga tidak mampu mengidentifikasi siapa yang digauli.
b. Mengganggu proses berpikir kreatif
Bagi remaja yang dalam usia sekolah memang seharusnya berpikir tentang studinya dan berusaha untuk meraih prestasi sebaik-baiknya.
Tapi bagi remaja yang telah terobsesi dengan pornografi akan sulit mengkonsentrasikan pikirannya pada belajar mengingat kemampuan daya ingatnya telah tercemari nafsu seksual dan khayalan cabul.
c. Mendorong rasa ingin tahu lebih jauh hal-hal yang bersifat porno
Mereka yang pernah melihat buku atau tayangan porno (blue film), perasaannya sangat bergejolak dan jika terus-menerus akan memiliki keinginan atau rasa penasaran untuk melihat lebih “hebat” dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Terutama bagi remaja yang tidak di landasi pendidikan agama, akan lebih jauh lagi melangkah dan bukan hal mustahil pemuasannya pada lawan jenis (zina, melacur).
d. Menimbulkan sikap permisif
Remaja yang sering melihat tayangan porno biasanya lebih agresif menarik lawan jenisnya (gonta-ganti pacar) untuk pemuasan nafsu. Akibatnya mereka telah terbiasa atau membiasakan diri bergandengan tangan, berpelukan, ciuman, dan meraba ke sana-sini (dalam istilah mereka “dokter-dokteran”) tanpa merasa berdosa bahkan mungkin akhirnya (karena saking seringnya) mereka justru merasa bangga dan merasa bahwa hal itu bagian dari mode modern. Sikap seperti inilah disebut permisif (serba boleh, menghalalkan segala cara).
Membaca Bacaan dan Nonton Video Porno, Bimbingan Seksualitas
Reviewed by Unknown
on
2:07:00 AM
Rating:
1 comment:
http://www.mediatamamag.com/2013/12/membaca-bacaan-dan-nonton-video-porno.html
Post a Comment