Penulis Hanya Ingin Pembaca Untuk Membaca (Catatan 7, 9 Minggu Sebelum Pengukuhan)

Senin, 17 Juni 2013. (9 Minggu Sebelum Pengukuhan)

PENULIS HANYA INGIN PEMBACA UNTUK MEMBACA

Buku Catatan Akhir Kuliah: Praja Penulis Buku karya M. Arafat Imam G Dapatkan di Google Play Store

“Anda tidak akan tahu betapa enaknya Bakso Malang sampai Anda ke Malang dan mencicipi langsung Bakso tersebut. Seperti itulah membaca, kita tidak akan tahu begitu bermanfaatnya membaca hingga kita memberanikan diri membaca buku-buku itu sendiri”. (Penulis)

Minggu lalu hingga sekarangpun penulis masih disibukkan dengan pembuatan Laporan Akhir, sehingga pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan artikel yang sudah sedari menulis buku Leader University saat menuliskan artikel ini. Semoga pembaca dapat membaca artikel dibawah ini dengan seksama, sehingga jika selanjutnya pembaca jadi ‘doyan’ dan ‘gila’ membaca seperti penulis maka jangan salahkan penulis. Hihi..

MEMBACA APAPUN PASTI ADA MANFAATNYA

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”  (QS. Al Alaq: 1-4)

“Pertama adalah ilmu lalu iman, ilmu menghasilkan iman, iman menghasilkan kekhusyukan. Inilah yang menggerakkan hati untuk beramal.” (Dr. Yusuf Qardhawi)
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagaimana aktifitas membaca turut memberi ‘Andil Terbesar’ dalam mengambil perannya di kehidupan kita yang ingin sungguh-sungguh mengembangkan diri di dunia persilatan yang semakin hari semakin sengit. Bahkan pernyataan penulis tersebut di-Aminkan oleh firman Tuhan yaitu kata pertama dalam ayat pertama di dalam surat pertama pula yang diturunkan oleh Allah swt kepada Muhammad saw yang berbunyi “Bacalah!”.

MAU BELAJAR DARI SIAPAPUN

Ini ada sedikit ‘intermezzo’ bahan pembelajaran yang bisa kita contoh dari makhluk-makhluk di ‘dunia lain’ supaya kita bisa banyak-banyak belajar dan belajar banyak-banyak. 
  • Belajarlah dari kuntilanak, sesulit apapun kehidupannya tetapi selalu tertawa.
  • Belajarlah dari tuyul, masih kecil tapi sudah bisa cari nafkah hidupnya sendiri.
  • Belajarlah dari pocong, dari dulu pakaiannya hanya itu saja, senantiasa untuk hidup sederhana.
  • Belajarlah dari babi ngepet, kalau malam hanya menyalakan lilin, senantiasa untuk hidup hemat listrik
  • Belajarlah dari nyi Roro Kidul, meskipun cantik dan tinggal di laut, tidak pernah pakai bikini, tidak vulgar.
  • Belajarlah dari jailangkung, tidak minta diantar dan dijemput, tidak suka jika dirinya sampai merepotkan orang lain.


Hehe... Diatas itu hanya untuk ‘Intermezzo’ saja, maka dari itu alangkah baiknya didalam membaca bab ini jangan sampai Anda terlalu tegang, tetapi santai rileks saja. Hal itu akan lebih membuat pembahasan yang penulis paparkan dalam bab ini lebih dapat kita cerna lebih baik dan ingatannyapun lebih tahan lama didalam long memory kita (baca: Ingatan jangka panjang).

MANFAAT MEMBACA

Karena kebanyakan orang harus di-iming-imingkan sesuatu yang akan dia dapatkan dari suatu pekerjaan, maka sebelum penulis membahas lebih panjang lebar mengenai kesadaran pentingnya membaca, penulis suguhkan terlebih dahulu manfaat dari pentingnya membaca yang disarikan dari buku La Tahzan karya Dr Aidh al-Qarni, antara lain: 
  1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan
  2. Membuat kita tidak terjerumus dalam kebodohan
  3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja
  4. Membuat kita bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam betutur kata
  5. Membantu mengembangkan pemikian dan menjernihkan cara berpikir
  6. Meningkatkan pengetahuan, memori dan pemahaman kita.
  7. Kita dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain
  8. Membuat kita dapat mengembangkan kemampuan untuk mempelajari bebagai disiplin ilmu dan aplikasinya didalam hidup
  9. Keyakinan kita akan bertambah ketika membaca buku-buku yang bermanfaat, terutama buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis Muslim yang saleh. Buku itu adalah penyampaian ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntut seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan.
  10. Membaca dapat membantu menyegarkan pikiran dari keruwetan dan menyelamatkan waktu agar tidak sia-sia.
  11. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat. Lebih lanjut lagi, bisa meningkatkan kemampuan untk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).


SERING-SERINGLAH MEMBACA BUKU

Setelah Anda mengetahui manfaat membaca yang telah penulis sampaikan dipembahasan sebelumnya maka penulis akan memulai membahas secara lebih detailnyanya. Ada fakta menarik yang banyak orang belum mengerti mengenai manfaat mambaca buku ini. Mau tau? Silahkan baca dulu hasil pengamatan penulis dibawah ini.

Ini adalah buah hasil pemikiran penulis yang berpikir kritis dengan membandingkan berbagai rutinitas mahasiswa lain yang dalam hal ini adalah mereka yang sering datang ke gym untuk fitness. Jika kita fitness, entah itu adalah lari seperti push up, sit up atau angkat beban yang jelas hal tersebut adalah suatu rutinitas yang tidak bosan-bosannya mereka lakukan. Lalu apa yang sekiranya mereka harapkan? Tentu otot yang terus membesar, yang dapat membuat badan teman penulis semakin berisi dengan gundukan-gundukan otot di seluruh tubuh mereka dan mungkin saja didalam pemikiran mereka bahwa dengan hal seperti itulah dapat membuat mereka berharap bahwa orang disekitarnya akan terkagum-kagum ketika melihat penampilan fisiknya. 

Jadi jika hal tersebut dianalogikan layaknya membaca sebuah buku maka akan seperti dibawah ini:
  • Latihan angkat barbel tadi diibaratkan seperti kita membaca buku 
  • Latihan yang rutin/intensif tersebut sama halnya dengan keintensifan kita dalam menjalani rutinitas diri kita sendiri dalam membaca buku
  • Lalu hasil otot yang kita dapatkan setelah rutin mengolah tubuh sama juga seperti kesebelas manfaat pembahasan penulis sebelumnya yang dapat kita ambil dari rutinitas membaca buku.


***

Tetapi penulis menyadari tentu tidak semua orang akan dengan senang hati menerima ajakan membaca ini dengan mudah, bahkan kebanyakan orang yang telah penulis berikan nasihat untuk memulai kebiasaan untuk membaca seperti inipun banyak yang berkilah bahwa membaca adalah hal yang membosankan dan lain sebagainya. Maka sebelum pembaca berpandangan sama seperti orang tersebut maka baca terlebih dahulu penjelasan penulis dibawah ini.

Jadi yang penulis sebut di awal pembahasan mengenai fakta yang belum orang banyak mengerti tadi dalam membaca buku adalah dengan membaca kita dapat ‘memperkerjakan otak secara maksimal’. Seperti halnya jika manusia melakukan aktivitas berbisnis yang berasumsikan jika semakin banyak aktifitas pekerjaan yang dikerjakannya maka semakin banyak juga laba yang didapat dari produk yang dijual melalui bisnisnya. Maka sama halnya juga dengan asumsi semakin banyaknya mempekerjakan otak secara maksimal maka otak tersebut juga akan mendapatkan produk yang berkualitas berupa kesebelas manfaat membaca tadi serta setelah itu adalah juga mendapatkan laba yang maksimal yaitu berupa kesuksesan dalam berkarir, salah satunya adalah menjadi unsur pimpinan disetiap pekerjaan yang kita bidangi. Adapun kaitan membaca dengan pemimpin adalah dikarenakan:

Pertama, pemimpin harus memiliki ingatan jangka panjang yaitu saat kita membaca maka otomatis kedua mata kita akan memberi rangsangan sensoriknya kepada otak, tepatnya ke otak sebelah kiri (tempatnya otak rasional/akademis yang hanya memuat memori jangka pendek (Short memory)), kemudian pada buku-buku tertentu (pengecualian terhadap buku mata kuliah yang sifatnya kebanyakan berbahasa kaku dan sukar dipahami otak kanan), dengan refleks pula otak kiri tadi akan memberi rangsangan kepada otak kanan untuk membuat visualnya menurut pemahaman kita sendiri yang diterima oleh mata Anda (berkesebalikannya dari otak kiri, otak kanan ini adalah otak tempat kreatifitas berasal dan otak dengan ingatan jangka panjang (Long Memory)). Dan hal seperti itulah yang selalu penulis terapkan disetiap kali penulis membaca buku, alhasil penulis mempunyai ingatan yang cukup kuat terhadap ilmu dan wawasan yang penulis dapatkan dari buku-buku yang telah penulis baca.

Kedua yaitu setiap seorang pemimpin haruslah generalis maka menurut penulis, pemimpin minimal harus memiliki 3 kapasitas didalam bidang keilmuan yang mampu saling melengkapi yaitu:
  1. llmu pengetahuan pada bidangnya
  2. Wawasan secara umum
  3. Pengalaman dari kenyataan hidup


Ketiganya bisa pemimpin dapatkan hanya dari membaca buku. Berikut penjelasannya:
  1. Membaca buku yang bersegmentasikan khusus pada bidang pekerjaan kepemimpinannya secara otomatis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang tepat.
  2. Membaca buku tentang pengetahuan umum akan membuat mampu memahami hal lain, yaitu pengetahuan selain daripada bidang yang memang ditekuninya, yaitu mendapatkan wawasan yang luas.
  3. Seperti yang telah penulis jelaskan didalam buku penulis yang berjudul Leader University, bahwa pengalaman ada dua macam, yaitu pengalaman yang kita jalani sendiri dan pengalaman yang datangnya dari orang lain yang kemudian diceritakan kepada kita.


Jadi penulis akan mengasumsikan seperti ini: Biasanya seorang pakar menuliskan buku dari pengalaman seumur hidupnya pada saat dirinya berusia 40 tahun, maka jika kita bisa membaca buku tersebut maka kita otomatis menyerap usia 40 tahun dari dirinya yang disampaikannya didalam bukunya kedalam usia kedewasaan kita (yang dimaksud bukan umur biologis).

Maka, karena 3 hal tersebut diatas, membuat kita tidak heran lagi mengapa ada fenomena orang yang serba bisa dan serba tahu, sementara itu ada juga seorang yang serba tidak sanggup dan bodoh.

***

Kembali ke topik menyadari manfaat-manfaat dari membaca, sekarang Anda sudah mengetahui fakta sebenarnya mengenai keutamaan dari orang-orang yang rutin membaca buku. Penulispun tidak merasa gengsi manakala dicap sebagai ‘orang aneh’ diantara mahasiswa/i yang lain karena jika ada waktu luang penulis selalu mengeluarkan buku (buku tentang bidang apapun) sebagai sarana untuk mengisi waktu luang yang sayang jika disia-siakan.

Karena penulis tahu meskipun buku yang penulis baca tidak ada hubungannya dengan bidang yang penulis geluti atau buku yang penulis baca hanya sedikit yang dapat teringat di-memory penulis, tapi satu hal yang pasti dan yang tidak akan tersia-siakan yaitu dengan membaca buku yaitu penulis telah ‘Memperkerjakan otak’ supaya otak penulis terus terolah dan terbiasa untuk terus berpikir, bervisual dengan mengimajinatifkan melalui pembayangan dan mengasah dalam berkreatifitas yang akan menguntungkan diri kita sendiri. Dalam kapasitas membaca dan berpikir yang beratpun menurut beberapa pakar kesehatan, membaca mampu membuat sama bermanfaatnya yaitu seperti seseorang tersebut sedang melakukan olahraga, karena pada hakikatnya semua yang dirasakan oleh indera ini menghasilkan arus persepsi yang terpusat diotak (baca buku Harun Yahya, Fakta-Fakta yang Mengungkapkan Hakikat Kehidupan), maka jika otak sehat keseluruhan tubuhpun akan merespon hal yang sama.

Nah itu pembahasan mengenai kenapa kita harus membaca, sekarang penulis ajak Anda untuk mengetahui apa hubungannya sering-sering membaca buku dengan “kecepatan” yang diperlukan oleh seorang guna meningkatkan nalar otak.

KECEPATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN SEBUAH NALAR OTAK

Kesempatan kali  ini penulis akan menjelaskan bagaimana peran sebuah nalar otak yang mampu menambah sebuah kecepatan didalam pelesaian pekerjaan-pekerjaan kita. Hal yang akan kita dapatkan dari kecepatan bernalar otak ini antara lain:
  1. Karena kita telah terbiasa dengan membaca buku maka dengan sendirinya kita telah terbiasa mambaca situasi dengan cepat. Sehingga jika ada masalah maka kita bisa memiliki respon berpikir ‘beberapa kali lipat lebih cepat membaca situasi’ bahwa itu adalah suatu permasalahan dibandingkan orang yang belum terbiasa membaca.
  2. Karena setelah terbiasa membaca buku, maka kita terbiasa pula untuk mengimajinasikan bacaan kita dari otak kiri (akademis) ke otak kanan (imajinasi), selanjutnya kita akan mendapatkan kesaktian pula dalam membaca situasi dan kondisi permasalahan tadi kedalam analisis bayangan kita sendiri, yaitu kita berusaha merekonstrukturisasi pada kejadian di dalam permasalahan yang kita hadapi. (Mencoba membayangkan kronologis serta setting tempat dan waktu dalam ruangan konteks pemikiran diri kita, sehingga kita akan merasa berada dalam keadaan psikologis yang sama dengan orang-orang yang terdapat di kronologis tersebut) 
  3. Karena setelah terbiasa mengimajinasikan bacaan buku, maka Anda akan memahaminya apa yang terdapat didalam buku itu, atau dalam istilah lain meresapi setiap alur pembahasan yang dituturkan dalam sebuah buku. Lalu dengan bermodalkan seringnya Anda memahami bacaan buku-buku itu jika Anda dihadapkan oleh suatu permasalahan riil, maka Anda akan mempunyai kecepatan dalam memahami sumber-sumber dari permasalahan itu. Sehingga lebih cepat juga Anda menjadi seorang ‘Problem Solver’ ketimbang seorang ‘A Part of Problem’.


Hingga saat penulis menuliskan bagian ini, penulis terinspirasi oleh sebuah modem yang tergeletak dimeja kerja penulis saat penulis tulisan ini. Sebuah modem yang kecepatan modem ini dapat penulis ibaratkan sebagai kecepatan sebuah nalar sebuah kerja otak. Maka penulis akan menamakan hal baru ini dengan judul “Kecepatan 7.2 Mbps Sebuah Nalar Otak”.

Jadi dapat penulis ibaratkan seperti ini, didalam modem biasanya hanya dapat berfungsi jika dimasukkan terlebih dahulu kartu sim card-nya sebagai motor pendorong modem tersebut agar bisa mengeluarkan fungsinya yaitu berinternet, serta dengan ketentuan setiap simcard dapat mengakses internet dibatasi oleh kuota-kuota seperti 500MB, adapula yang 1GB, 2GB dan lebih banyak lagi yang tentunya simcard itu harus secara rutin diisi oleh pulsa internet dari voucher yang harus diisi atau simcard tersebut tidak akan bisa melakukan browsing di internet dengan kecepatan maksimal 7.2 Mbps (kecepatan yang maksimal dari modem pabrikan akhir tahun 2011).

Kembali penulis akan bermain dengan pengibaratan:
  • Modem diibaratkan adalah diri kita
  • Simcard-nya adalah otak kita
  • Kecepatan berinternet 7.2 Mbps adalah kemampuan kita berpikir secara cepat (kecepatan nalar otak)
  • Kuota internet adalah batas waktu potensi kecepatan pemahaman otak Anda yang dapat kita usahakan
  • Voucher isi ulangnya adalah buku-buku yang tebal dan tipis yang kita baca.


Apakah sudah terbayangkan oleh pembaca keempat benda tersebut dipikiran pembaca? Jika belum, maka imajinasikanlah supaya akan terus terbayang oleh pembaca pengibaratan dengan benda-benda yang sehari-hari ada disekitar kita ini.

Apabila kita sudah mempunyai modal modem dan simcard (baca: tubuh dan otak kita) lalu kita menginginkan kedua benda itu bisa untuk melakukan tugas dan fungsinya dengan baik yaitu untuk mengakses internet dengan kecepatan maksimal 7.2 Mbps setiap saat (baca: kecepatan nalar otak), tentunya simcard tadi (baca: otak) harus di-isi-kan terlebih dahulu dengan isi ulang voucher pulsa (baca: buku) yang tergantung nominalnya vouchernya, semisal voucer 50 ribu biasanya hanya untuk kuota 1 GB (baca: buku tipis), jika 100 ribu tentu akan mendapat kuota lebih besar yaitu dengan kuota 3GB (baca: buku tebal), maka semakin besar kuotanya, otomatis akan semakin lama kerja modem (baca:otak) yang bisa dipergunakan untuk berinternet dengan kecepatan tinggi 7.2Mbps (baca: kecepatan nalar otak maksimal).

Tetapi yang perlu mendapat perhatian khusus dari pembaca adalah ketika batas kuota internet telah habis, kecepatan akan berkurang drastis (baca: kemampuan nalar otak Anda menurun), disebabkan kuota yang tidak diperbaharui oleh voucher, baik yang 50 ribuan ataupun 100 ribuan meskipun masa aktif simcard-nya masih ada (baca: tidak pernah membaca buku lagi, buku tipis maupun buku tebal walaupun banyaknya waktu luang yang benar-benar potensial).

Lebih parahnya lagi dan perlu perhatian Anda lebih lanjut adalah jika simcard telah memasuki batas masa aktif (baca: otak benar-benar dalam keadaan kosong/tidak lagi memperkerjakan otak) maka perlu secepatnya kita membelikan voucher isi ulang pulsanya (baca: buku sebagai media memperkerjakan otak), atau bencananya simcard tadi akan digantikan simcard lain yang tidak bagus (baca: kemampuan kecepatan otak dalam bernalar, digantikan oleh kemalasan (yang jika sudah malas sekali maka akan susah kembali menjadi rajin) ataupun berganti dengan hanya otak penerima visual atau penulis sebut dengan tipe ‘nalar otak manja’)).

Pada saat penulis mengatakan hal terakhir diatas ada saja yang kemudian menegur keras pada penulis karena penulis menyebut otak yang hanya menerima informasi secara visual itu penulis sebut ‘otak manja’. (Contoh: Nonton film yang diangkat dari novel jika dibandingkan dengan membaca versi novelnya atau menonton motivasi dari seorang motivator di TV jika dibandingkan dengan membaca sendiri buku motivasinya). Tetapi sebelum Anda berpikir untuk menegur keras pada penulis juga, silahkan baca dulu penjelasan penulis dibawah ini.

RACUN VISUAL ASUPAN OTAK (*)

*) Dalam hal pembahasan ini penulis perumpamakan menoton visual dalam hal menonton film layar lebar dibandingkan dengan membaca novel aslinya.

Sebelumnya penulis minta maaf jika setelah membaca judul tulisan penulis ini ada yang tersinggung pada penulis, tapi dengan pembahasan dalam bab ini penulis ingin menyampaikan sebuah penyadaran bahwa dengan terlalu seringnya seseorang menonton visual (contohnya nonton film layar lebar yang diadopsi dari novel) seperti orang tersebut sedang ‘Di-suap-in’ kalimat demi kalimat di dalam novel itu lembut-lembut oleh sang Sutradara, sehingga otak penonton tadi akan menjadi sangat manja dibuatnya (alih-alih jadi sering mengeluh jika harus akan membaca buku). Jadi hanya mereka (baca: Sutradara dan para pemeran tokoh) yang jadi pintar (baca:mempunyai kemampuan penalaran otak yang baik) karena merekalah yang membaca naskah novelnya dan otomatis yang menjadi penontonnya (jika tidak dibarengi dengan membaca novelnya sebelumnya) hanya memiliki kemampuan penalaran otak yang hanya sedikit (baca: lemot). Pada kenyataan seperti inilah maka dari judul sub bab ini adalah “Racun Visual Asupan Otak”.

Sebagai tambahan wawasan untuk kita, bahwa jika kita menonton film maka kita hanya mampu mengilustasikan cerita dan penghayatan kondisi psikologis tokoh dan setting lokasi cerita berdasarkan penghayatan dari sang sutradara yang kemudian di tumpahkan kepada aktor dan aktris yang berperan didalam ceritanya, sehingga hanya 2 penalaran yang dapat kita terima, yaitu:
  1. Dari sang penulis novel yang hanya dihayati oleh sutradara
  2. Dari aktor dan aktris yang juga membaca novel, lalu menghayati secara berbeda pula dengan pemahaman sutradara


Jadi penalaran yang didapat penonton dari cerita yang ditulis penulis novel telah susut oleh ‘filterisasi’ 2 penalaran orang-orang tadi.

Sedangkan jika kita membaca novel itu langsung (tanpa menonton filmnya terlebih dahulu) maka otak kanan kita akan senantiasa mengilustrasikan kalimat demi kalimat didalam dalam penalaran kita sendiri. Kita memiliki kemerdekaan dalam menalarkan jalan ceritanya seperti apa, keadaan psikologi tokoh seperti apa (khusus untuk ini jika sering-sering kita bisa menebak dengan ilustrasi yang tepat keadaan psikologis tokoh-tokohnya maka kita akan mudah dalam memahami kondisi psikologis orang-orang disekitar kita, termasuk orang yang sedang berbicara dengan kita, setidaknya itu yang sering penulis lakukan sehingga kini penulis mendapatkan manfaatnya yaitu mudah untuk memahami kondisi-kondisi psikologis orang-orang disekitar penulis), serta setting penggambaran lokasi yang dijabarkan seperti apa. Hal yang tidak akan kita dapatkan jika kita ‘disuapin’ dengan cara menonton film (baca: menonton visual)

Maka dengan kita menalarkan sendiri bagaimana situasi-situasi yang digambarkan oleh penulis maka hal itu penulis namakan ‘kemerdekaan dalam berpikir’. Kemerdekaan dalam bernalar inilah yang membuat kita terus terbiasa dalam mengimajinasikan pemikiran-pemikiran kita sendiri (baca: kemerdekaan berpikir). Inilah yang nantinya akan menghasilkan orang-orang yang mampu mempunyai inovasi-inovasi yang segar dan berkualitas karena adanya kreatifitas pemikiran dari orang-orang yang telah terbiasa merdeka dalam berpikir.

Dalam pembahasan ini penulis hanya memakai perumpamaan menonton film jika dibandingkan dengan membaca novel, tentunya masih banyak lagi contohnya, antara lain:
  1. Intensitas menonton sinetron, telenovela, film korea dll dibandingkan dengan intensitas membaca buku, majalah atau tabloid.
  2. Sekedar mengikuti training/ seminar tanpa membaca buku yang dituliskan pengisi training/ seminar.
  3. Buku-buku cerita bergambar/komik dibandingkan buku-buku pengembangan diri/ pengetahuan umum.


Sekali lagi penulis disini hanya menyampaikan apa yang menurut penulis memang pantas untuk diketahui bersama sebagai bentuk penyadaran membentuk manusia-manusia berkualitas sebagai sosok pemimpin bagi dirinya sendiri, tanpa ada niatan untuk mendikomisasi pabrikan dunia visualisasi. Menonton visual masih tetap diperlukan sebagai wahana kita untuk menghilangkan kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari, tetapi marilah kita coba berpikir kembali untuk mengimbanginya dengan membaca buku.

Karena dari hasil yang penulis amati dari kebanyakan orang adalah jika sudah nyaman menonton visual maka seseorang akan malas jika dihadapkan untuk membaca buku, walaupun sering berbagai motivator dari berbagai kalangan menasehati kita untuk membaca sekalipun, jika dari kitanya sendiri memasang ‘bentuk-bentuk resistensi’. Maka tindakan tersebut adalah kesia-siaan belaka. Padahal manfaat dari membaca sungguh nyata dapat mengubah kehidupan siapapun yang membacanya, yaitu kesebelas manfaat yang telah penulis sampaikan diawal bab ini. 

Maka hal tersebut sejalan seperti ungkapan bijak yang sering kita dengar, bahwa “Membaca buku adalah jendela dunia”.

Masih berbicara tentang racun, selain yang telah penulis sampaikan diatas didalam tontonan visual yang terlalu sering, ternyata racunpun bisa saja terdapat didalam bacaan-bacaan yang ada didalam buku. Lebih jelasnya lanjutkan membaca hingga akhir.

Ibaratnya orang yang sedang makan nasi, maka yang ada didalam nasi yang terlihat putih muluspun tidak menjamin kumpulan nasi tersebut benar-benar 100% terdiri dari nasi itu sendiri, karena pasti ada ‘upo’ (baca: nasi yang masih berbentuk beras) atau batu-batu kecil yang ada menyertai didalam nasinya. Sehingga jika orang yang ingin makan nasi dan menginginkan nasi tersebut benar-benar bersih, maka pisahkan terlebih dahulu ‘upo’ dan batu kecil itu terlebih dahulu baru setelahnya bisa menyantapnya.

Demikian pula sebuah buku, didalam buku mungkin saja ada pembahasan-pembahasan yang menyimpang dari nilai dan etika kehidupan sesungguhnya, maka sebaiknya jika kita membaca buku baiknya setelah kita membaca satu pembahasan baiknya terlebih dahulu kita analisis apakah yang disampaikan penulis buku sesuai tidak dengan apa yang tercantum didalam nilai-nilai yang mulia. Atau jalan tengahnya dengan cara ‘Win-Win Solution’ adalah membaca terlebih dahulu buku yang ingin Anda baca, setelah itu analisislah dengan realisme fenomena kehidupan yang benar, jika cocok praktekkan secara kongkritnya, jika tidak cocok paling tidak Anda mengetahui bahwa ada ilmu atau wawasan seperti itu yang telah berkembang didalam masyarakat sehingga menambah wawasan mengenai hal-hal yang tidak seharusnya.

Begitu pula dalam hal ini penulis mawas diri saja, jika pembaca merasa bacaan penulis didalam buku ini tidaklah sesuai dengan apa yang menjadi keyakinan kehidupan Anda yang terdalam (unsur kehakikian diri Anda), maka itu hak Anda sendiri yang bisa menilainya seperti apa yang Anda inginkan. Setidaknya inilah ilmu yang penulis dapatkan dari berbagai pengalaman yang serba positif yang penulis alami dan orang lain yang disampaikan kepada penulis. Dan yang terpenting adalah hal inilah yang membuat penulis memutuskan untuk membagikan pengalaman ini menjadi rumusan perubahan, insya Allah, dalam kehidupan penulis menuju kesuksesan dunia dan akhirat.

LALU APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

Seperti disemua buku yang penulis tulis, penulis pasti akan meminta pembaca secara langsung untuk melakukan prakteknya karena konsep buku ini buku pengembangan diri, jadi wajar jika penulis menekankan poin-poin tertentu untuk pembaca lakukan.

Penekanan penulis untuk menambah kecepatan Anda dalam bernalar otak ini antara lain:
  1. Baca buku, buku tentang apapun, disaat kapanpun, ditempat manapun bahkan dengan kondisi apapun. Jika Anda punya waktu kosong akan mubazir (baca: sia-sia) jika tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif ini.  Bahkan jika Anda orang sibuk sekalipun ambillah waktu luang berapa menitpun disela-sela padatnya aktivitas Anda untuk membaca buku.
  2. Ada teknik membaca buku supaya lebih efektif masuk kedalam ingatan Anda, yaitu dengan membaca per bab atau perbagian-bagian didalam buku itu, atau bisa juga baca satu buku hanya 10 menit tiap hari. Tujuannya tidak lain adalah supaya Anda bisa menghafal apa yang disampaikan dalam buku itu satu persatu. Jeleknya adalah kebanyakan orang membaca sekali habis, sehingga kebanyakan dari mereka yang membaca dengan cara demikian maka jika diminta menjelaskan kembali inti dari keseluruhan buku yang dibacanya, dengan sendirinya mereka hanya bisa menerangkan bagian terakhir dari bacaan tersebut, karena ya memang tulisan-tulisan ditengah bahkan diawal telah terlupakan karena terlalu banyak muatan yang harus diingat otak. Tapi teknik baca perbab atau per 10 menit ini jangan hanya dipergunakan untuk membaca satu buku saja, disekaliankan saja 3-4 buku agar walaupun 10 menit jika 4 buku yang dibaca sama saja dengan Anda membaca buku 40 menit kan? 
  3. Ada teknik membaca buku supaya Anda tidak merasa kebosanan yaitu jangan membaca buku yang sama jenisnya seharian penuh bahkan hal tersebut dilakukan pula selama berhari-hari. Penulis jamin Anda akan merasa bosan jika demikian. Maka saran penulis adalah bacalah buku yang berbeda jenisnya (baca: kontennya) setiap persatu harinya. Jika Anda membaca buku pertama mengenai ekonomi dan bisnis maka usahakan buku kedua yang berbeda dari itu, bisa biografi tokoh besar, atau buku-buku motivasi.
  4. Baca Buku secara bertahap level kesukarannya, tentu saja dimulai dari kumpulan cerita-cerita pendek putus yang mudah diserap, semisal seperti Chicken Soup. Setelah itu selalu peningkatan materi-materi yang lebih berbobot pembahasannya dan lebih dari itu buku-buku yang lebih berat lagi, seperti buku buku yang spesifik pada pekerjaan kita, seperti Manajemen, Kepemimpinan, Ekonomi dan Bisnis dan lain-lain.
  5. Tips belajar efektif:

a. Suasana Hati
Ciptakan Mood yang positif, mulai dari setting waktu, tempat, sikap belajar yang idealnya sesuai dengan pribadimu sendiri.

b. Pemahaman
Fokus pada permasalahan hingga Anda bisa memahami apa yang benar-benar ingin Anda pelajari

c. Ulang
Setelah mempelajari satu topik permasalahan, berhentilah dan ulangi terlebih dahulu dengan memakai pemahaman oleh penggambaran nalar otakmu sendiri

d. Telaah
Lihat informasi lebih jauh dan pelajari hingga sedetail mungkin yang bisa Anda teliti untuk mendalami permasalahan keilmuan tingkat tinggi.

e. Kembangkan
Dengan racikan kreatifitas Anda sendiri, ilmu pengetahuan yang telah Anda pelajari sekiranya ada yang bisa dikembangkan, maka kembangkanlah dengan ide yang bersifat inovasi terbaharukan.

Lakukan hal-hal tersebut maka penulis yakin membaca bukan lagi sesuatu yang membosankan tetapi malah justru menyenangkan. Bagaimana tidak? Setidaknya dengan rajin membaca maka Aura Anda akan berbeda dengan aura orang yang jarang membaca, akan lebih berkharisma.

***KAMU TENTU PUNYA CATATAN SENDIRI***

Penulis Hanya Ingin Pembaca Untuk Membaca (Catatan 7, 9 Minggu Sebelum Pengukuhan) Penulis Hanya Ingin Pembaca Untuk Membaca (Catatan 7, 9 Minggu Sebelum Pengukuhan) Reviewed by Santana Primaraya on 5:32:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.