Potensi Dari Kepemimpinan Diri Sendiri (Catatan 6, 10 Minggu Sebelum Pengukuhan)

Senin, 10 Juni 2013. (10 Minggu Sebelum Pengukuhan)

POTENSI DARI KEPEMIMPINAN DIRI SENDIRI

Buku Catatan Akhir Kuliah: Praja Penulis Buku karya M. Arafat Imam G Dapatkan di Google Play Store

“Seorang penyendiri memang dapat diibaratkan seekor domba yang siap disergap oleh kawanan Serigala. Namun jika orang tersebut lebih pantas diibaratkan seperti Singa ketimbang Domba maka kawanan serigala tidak akan ada yang berani menyergap Singa. Sungguh yang diperlukan seseorang adalah menjadi Singa bukan Domba kendati selalu bergerumul dikawanan domba sekalipun”. (Penulis)

Pada sekitaran tanggal ini penulis sedang benar-benar disibukkan dengan penyusunan Laporan Akhir penulis sebagai persyaratan kelulusan dari Kampus IPDN dengan gelar Sarjana Sain Terapan Pemerintahan (S.STP) sehingga penulis pada kesempatan kali ini hanya bisa menampilkan artikel yang sebelum menulis buku inipun sudah ada. Artikel ini sebenarnya sudah pernah saya publikasikan pada buku Leader University sebagai bonus tambahannya, tetapi hanya pada buku yang masih menggunakan cover limited edition dan tidak lagi pada saat buku tersebut versi cetakan kedua yang menggunakan cover berlatar warna merah tua.

Penulis kira artikel tersebut lebih cocok disampaikan didalam kapasitas buku ini karena konteks buku ini adalah buku gado-gado dan memuat artikel yang bersifat lebih kepada hal memotivasi kepada para mahasiswa. Berikut adalah artikelnya, selamat membaca. Penulis nulis laporan Akhir dulu ya. :)

SEMUA ORANG ADALAH PEMIMPIN

Inilah perkataan Tuhan:
Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Aku hendak jadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah: 30)
Nb: Khalifah=Pemimpin

Dan, inilah perkataan Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah Swt:
“Sesungguhnya setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atasnya” (H.R. Bukhari dan Muslim)

PROLOG

Dahulu latar belakang penulis tidak luput dari masa-masa remaja yang bandel dan terlalu suka menghambur-hamburkan waktu yang penulis miliki dengan bermain-main sesuka penulis ketimbang menyadari bahwa penulis juga adalah seorang manusia yang memang sengaja diciptakan Tuhan untuk ada dari ketidak-adaan dan lahir didunia ini untuk nantinya kembali ke-sisi-Nya dan mempertanggung-jawabkan setiap perbuatan yang setiap manusia (termasuk penulis lakukan didunia ini). Setidaknya hal ini baru penulis sadari ketika penulis masuk dan menjadi seorang aktivis Kerohanian Islam di Kampus IPDN, yang mana kisah sebelum menjadi aktivis kerohanian tersebut penulis tidak jauh dari anak remaja yang bandel pada umumnya.

Lalu tidak sampai hanya menyadari hakikat hidup manusia, namun penulispun iseng-iseng saat itu mulai membaca buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian yang mana hal tersebut merupakan awal dari penulis mulai menyukai hobi baru, yaitu membaca buku. Jika sebelumnya penulis terlalu sering bermain Playstation dan Game Online pada saat penulis masih dibangku SMA dulu (saat itu memang sedang maraknya permainan tersebut dimainkan oleh para pelajar SMP/SMA) tetapi setelah keputusan untuk iseng-iseng membaca buku yang untuk pertama kalinya langsung buku ESQ itulah yang membuat penulis benar-benar langsung menggandrungi dunia khazanah keilmuan dan perbukuan seperti ini. Sehingga tanpa penulis sadari ternyata memang banyak manfaat dari dunia khazanah keilmuan dalam usaha menggali potensi-potensi diri kita, baik dalam kapasitasnya untuk meraih kesuksesan maupun dalam meraih kebahagiaan.

Saat itu pula penulis menyadari dan menjadi sangat tersentuh ketika membaca kedua kutipan dari Al-Quran dan Hadist Rasul Saw yang penulis paparkan diatas tadi. Bahwa ternyata semua orang terlahir sebagai seorang pemimpin terlepas dari siapa dan apapun latar belakang keluarga dan pendidikannya, adapun pemimpin yang dimaksud minimal adalah bagi dirinya sendiri.

Maka penulis akan coba untuk bermain dengan pengibaratan yaitu bagaimana cara penulis mengilustrasikan kepemimpinan yang penulis maksud dengan memimpin terhadap diri kita masing-masing dan bentuk pertanggung-jawabannya setelahnya, yaitu seperti yang penulis ilustrasikan sendiri pada diri penulis sendiri yang penjelasannya adalah seperti berikut ini:
  • Pertama, tubuh penulis adalah sebuah robot bentuk dan rupanya sama persis dengan manusia
  • Sedangkan kedua, penulis hanya sebagai bagian dari otak dan jiwa yang mengisi tubuh robot ini
  • Dan ketiga, seluruh tubuh robot ini adalah para pengikut/karyawan yang setia pada penulis
  • Penulis sebagai otak memerintahkan segala anggota tubuh robot ini untuk bergerak, jalan dan lain-lain
  • Penulis sebagai jiwa yang memiliki perasaan bagaimana harus mengambil tindakan yang harus penulis ambil dengan pertimbangan-pertimbangan berbagai resiko yang akan penulis ambil nantinya untuk dilakukan oleh anggota penulis (anggota diseluruh tubuh penulis)
  • Jika penulis kelak tidak berfungsi lagi (baca: meninggal) kelak penulis akan menemui sang teknisi pencipta tubuh penulis, kemudian sang teknisi pasti akan melihat apa saja yang penulis lakukan selama penulis aktif (baca: hidup) dahulu.
  • Jika selama hidup penulis berperilaku baik maka penulis akan diberikan peng-aktifan kembali (baca: hidup kembali disurga)
  • Namun jika dinilai perilaku penulis buruk maka penulis tidak diacuhkan kembali dan lebih dari itu penulis pasti akan dibuang ketempat sampah bersama rongsokan yang lain (baca: kehidupan yang tidak terasa kembali dan ditempatkan di neraka).

Lalu penulis barulah benar-benar menyadari bahwa penulis sebenarnya adalah seorang pemimpin, yaitu pemimpin terhadap seluruh anggota tubuh penulis sendiri, sehingga penulis nantinya akan bertanggung jawab terhadap Sang Maha Pencipta. Maka hal tersebut akan sesuai dengan yang dinyatakan didalam ayat Al-Quran dan Hadist diawal bab ini bukan?

Tetapi penulis menyadari bahwa adanya kesadaran yang membuat penulis akhirnya memahami hal tersebut ternyata memerlukan pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dalam menyadarkan penulis sendiri dari sebelumnya adalah seorang anak yang bandel menuju seseorang yang lebih (insya Allah) beretika. Maka penulispun kali ini menjadi terinspirasi bagaimana supaya penulis mampu turut menjadi pihak yang dapat menyadarkan para pembaca bahwa seluruh orang saat menjalani kehidupan dunia ini sesungguhnya adalah seorang pemimpin sejati (baca: Pemimpin), minimal terhadap dirinya sendiri.

Sama seperti ketika penulis belum menyadari bahwa sesungguhnya penulis adalah seorang pemimpin terhadap diri penulis sendiri, maka ada beberapa belenggu yang saat itu menghalangi penulis untuk menemukan sebuah pencarian makna pemimpin bagi penulis itu sendiri. Belenggu itu juga yang bisa menghalangi semua orang yang juga berusaha mencari makna kepemimpinan diatas kehidupannya yaitu dari kesadaran mereka terhadap jalur kepemimpinannya kelak, maka penulis membagi belenggu itu menjadi 3 poin utama dan 4 poin tambahan serta penulis akan menjelaskan belenggu-belenggu tersebut kepada pembaca secara lebih mendetail.

BELENGGU KEPEMIMPINAN DIRI SENDIRI

Belenggu atau bisa juga kita sebut dengan Mental Block yang keberadaannya sering kita tidak sadari tapi selalu mampu membatasi diri kita untuk memulai sesuatu perbuatan, berikut ada beberapa belenggu kenapa sampai saat ini masih banyak orang tidak kunjung menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri sehingga sesekali perlu mengalami pengembangan dirinya kearah yang lebih baik.

Berikut adalah poin utama yang merupakan belenggu yang penulis maksudkan:
  1. Menunggu mukjizat datang terlebih dahulu baru menyadari dan kemudian ingin menjadi seorang pemimpin.
  2. Menunggu motivasi yang kuat datang terlebih dahulu baru menyadari dan kemudian ingin menjadi seorang pemimpin.
  3. Menunggu momen tertentu datang terlebih dahulu baru menyadari dan kemudian ingin menjadi seorang pemimpin.


Adapun poin tambahan pada belenggu menunggu momen itu kembali penulis bagi menjadi 4, yaitu:
  1. Menunggu kaya terlebih dahulu
  2. Menunggu selesai gelar sarjana tertinggi terlebih dahulu
  3. Menunggu berumur lanjut terlebih dahulu
  4. Menunggu saingan Anda jatuh terlebih dahulu


Dibawah ini adalah penjelasan dan solusi dari belenggu-belenggu tadi:
1.Menunggu Mukjizat Datang Terlebih Dahulu Baru Menyadari dan Kemudian Ingin Menjadi Seorang Pemimpin

Mukjizat seperti apakah yang ingin didapatkan terlebih dahulu, baru orang-orang mampu menyadari bahwa setiap manusia diciptakan kedunia ini untuk menjadi seorang pemimpin? Apakah mukjizat yang kita bayangkan seperti memiliki tongkat Nabi Musa (Moses)? Penyembuhan orang mati menjadi hidup kembali kah seperti Nabi Isa? Ataukah tidak terbakar api seperti Nabi Ibrahim (Abraham)?

Orang pada umumnya selalu berpikir seperti ini, “Andai saja saya memiliki kemampuan yang lebih daripada orang pada umumnya niscaya sekarang juga saya mungkin sudah menjadi seorang Pemimpin Dunia yang tangguh”.

Tapi sejenak pikirkanlah bahkan Nabi Muhammad saja yang kepemimpinannya tidak kita ragukan sekalipun, tidak mempunyai mukjizat kepemimpinan sama sekali (mukjizatnya hanyalah firman Al-Quran serta bagaimana cara membacanya dan Rasul saw selalu mampu berinteraksi dengan Allah swt yang ditandai adanya wahyu-Nya disetiap perkataan Rasul) sedangkan tentang bagaimana beliau dapat memimpin seperti itu adalah hasil dari usaha kerja kerasnya dimulai dari keadaan paling hina sekalipun pada masanya (yaitu Rasul saw dihina dan dilempari batu ketika pertama kalinya berdakwah di kawasan Makkah).

Adapun mengenai datangnya mukjizat pada kenyataannya adalah Tuhan Maha Pengasih, Tuhan itu selalu memberikan kebutuhan-kebutuhan yang terbaik untuk kita dapati. Hanya saja kita yang sebagai manusialah yang sering tidak mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada kita, jadi kita sering tidak mengetahui bahwa Tuhan sebenarnya telah menurunkan mukjizat berupa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kita tersebut.

Nah maka tidak salah jika sebuah mukjizat itu setidaknya dibagi menjadi dua menurut kapasitasnya, yaitu Mukjizat Besar dan Mukjizat Kecil. Contoh dari mukjizat besar itu sendiri sudah penulis jelaskan diawal pembahasan ini tadi, yaitu seperti tongkat Nabi Musa as dan Nabi-Nabi yang lain, sekarang apa yang dimaksud dengan mukjizat kecil?

Jika pembaca saat membaca buku ini masih bernafaspun itu artinya pembaca masih diberi mukjizat kecil oleh Tuhan. Secara teorinya, mukjizat kecil ini adalah segala hal yang diberikan oleh Tuhan yang menunjang kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja pada prakteknyalah yang sering dilupakan keberadaannya, lebih dari itu karena kita selalu melupakan keberadaannya maka hal itu pulalah yang membuat kita selalu lupa tidak mensyukurinya pula.

Padahal jika mukjizat yang kecil tadi sering-sering disyukuri keberadaannya, percaya tidak percaya mukjizat kecil itulah yang akan membuat diri kita mendapatkan mukjizat yang lebih besar, yaitu seperti kesuksesan dan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Setidaknya pelajaran itulah yang diajarkan diberbagai ajaran agama secara universal.

Anda pasti mengenal cerita salah satu motivasi self-help klasik mansyur yang menceritakan seorang ahli agama yang ditimpa musibah banjir didesanya tetapi dirinya hanya terus-menerus berdoa kepada Tuhan agar dirinya selamat dari banjir tersebut. Lebih parahnya lagi, tidak ada usaha dirinya untuk menyelamatkan dirinya walaupun datang tim evakuasi dengan perahu karet dan helikopter sekalipun, sampai akhirnya dirinya tewas karena banjir tersebut yang pada akhirnya menengelamkannya.

Pada akhir kisah, di akhirat ahli agama itu protes kepada Tuhan melalui malaikat-Nya, yakni kenapa walaupun sudah berdoa dirinya tidak di tolong oleh Tuhan sampai akhirnya dirinya meninggal. Lantas malaikatpun menjawab bahwa sebenarnya ahli agama itu sudah ditolong Tuhan dengan didatangkannya kepadanya tim evakuasi pada hari pertama menggunakan perahu karet dan hari kedua menggunakan helikopter, tapi dirinya tetap bersikeras tidak mau diselamatkan oleh mereka.

Maka penulis dapat katakan dengan lantang bahwa mukjizat besar itu tidak akan datang kepada kita tanpa adanya rasa syukur pada mukjizat-mukjizat kecil yang telah diberikan kepada kita dikehidupan sehari-hari kita ini. Bahkan ketika pembaca masih bisa membalikkan lembaran kertas pada buku ini, maka itulah salah satu mukjizat yang harus kita syukuri terlebih dahulu untuk meraih mukjizat besar yaitu seperti halnya kita menjadi seorang pemimpin itu sendiri.

“KATAKAN “NOTHING!” PADA BELENGGU MENUNGGU MUKJIZAT”

2. Menunggu Motivasi yang Kuat Datang Terlebih Dahulu Baru Menyadarinya dan Kemudian Ingin Menjadi Seorang Pemimpin

Padahal tahukan Anda 5 motivator di Indonesia terhebat saat ini? Akan penulis sebutkan urut dengan hitungan mundur (Count down) dari posisi 5 sampai dengan posisi pertama:

5. Merry Riana
4. Bong Chandra
3. Andrie Wongso
2. Mario Teguh

Dan tentunya, diposisi pertama adalah:
1. Diri Anda Sendiri

Keterangan: No.2 s.d 5 adalah peringkat motivator versi penulis

Inilah alasan penulis menyebutkan ‘Diri Anda sendirilah’ yang tepat menyandang predikat sebagai motivator terhebat no. 1 di Indonesia yang sesungguhnya:
  1. Tidak ada yang dapat mengubah hidup kita selain diri kita sendiri, walaupun motivator nomor wahid di dunia ini berceramah kepada Anda, tetapi jika dalam diri kita sendiri tidak mau berubah maka akan terasa percuma diceramahi oleh motivator kelas dunia sekalipun.
  2. Motivator dari nomor 5 sampai dengan 2 hanyalah pemacu semangat kita yang sifatnya relatif. Karena walaupun dengan mengikuti seminar mereka dengan membayar jutaan rupiah sekalipun, tapi apabila dalam diri Anda sendiri belum ada niat untuk berubah maka sama saja dengan ‘Nol Besar’. Sehingga penulis sebut motivator peringkat 5 sampai dengan 2 adalah ‘Motivator Eksternal’ semata.

Maka penekanan penulis untuk pembaca yang merupakan motivator terbaik nomor 1 bagi diri sendiri adalah demi kebaikan kualitas kepemimpinan diri sendiri serta dalam mencapainya tidak adanya kata terlambat sedikitpun untuk memulai berubah sesuai dengan tahapan perkembangan usia kehidupan seseorang.

Tidak perlu Anda menunggu orang lain memotivasi kita setinggi langit terlebih dahulu, karena sumber motivasi tertinggi kita tentu bukanlah demi orang lain, melainkan ‘motivasi tertinggi kita adalah mencapai hakikat kehidupan’ dengan mencintai Tuhan yang menciptakan kita, serta mencintai utusan pembawa ajaran agama yaitu Nabi-Nya pula.

“KATAKAN “NOTHING!” PADA BELENGGU MENUNGGU MOTIVASI”

3.Menunggu Momen Tertentu Datang Terlebih Dahulu Baru Menyadari dan Kemudian Ingin Menjadi Seorang Pemimpin

Momen-momen yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut:
  • Menunggu kaya terlebih dahulu
  • Menunggu selesai gelar sarjana tertinggi terlebih dahulu
  • Menunggu berumur lanjut terlebih dahulu
  • Menunggu saingan Anda jatuh terlebih dahulu

Penulis kira setelah pembaca telah selesai membaca belenggu mengenai Mukjizat dan Motivasi diatas penulis tidak perlu berpanjang lebar menjelaskan mengenai belenggu menunggu momen seperti ini:

a. Menunggu Momen Sampai Kaya
Secara singkatnya menjadi pemimpin hakikatnya adalah menjadi sumber kebaikan untuk orang-orang disekitar kita, seperti contohnya kita tidak butuh menjadi kaya terlebih dahulu baru memberikan sumbangan kepada orang yang membutuhkan, jika kita orang yang kekurangan (secara finansial) sekalipun kita bisa menyumbangkan tenaga kita untuk membantu kerja orang lain yang sedang kesusahan. Jadi konteks pemimpin sebagai sumber kebaikan adalah universal dan luas pengertiannya. 

Karena banyak dari kisah orang sukses di Indonesia (dan banyak juga dalam skala Dunia) yang memulai kesuksesan karirnya dari keadaan tingkat ekonomi yang sangat rendah (baca: miskin), lalu sedikit demi sedikit beranjak menjadi seseorang yang berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Jadi bukan seperti anggapan para pebisnis ortodoks yang menganggap harus memiliki modal usaha yang besar terlebih dahulu baru mau memulai bisnisnya, sedang bisnis-bisnis dalam skala kecil yang lebih berpotensial yang dapat dilakukannya dengan tahap demi tahap justru ditinggalkannya.

Adapun ibarat sebuah mukjizat, ada cara yang ternyata mampu membuat  seseorang menjadi mampu menjadi kaya tanpa disangka-sangka dari mana datangnya sumber kekayaan yang dihadiahkan oleh Tuhan tersebut yaitu bahwa jika kita memberi sumbangan kepada orang yang membutuhkan maka akan terjadi hubungan tarik menarik yang membuat kita akan mendapatkan balasannya yang justru lebih besar daripada yang kita berikan didalam sumbangan tersebut. Pembaca mau salah satu kunci sukses menjadi pemimpin? Maka coba bersedekah atau berbagi kebaikan berupa apapun kepada orang-orang disekitar kita tanpa harus menunggu kaya terlebih dahulu.

b. Menunggu Momen Sampai Bergelar Tinggi
Apa hubungannya gelar sarjana dengan menjadi seorang pemimpin? Gelar itu berarti dirinya adalah seorang yang berhasil sampai dengannya di wisudanya  pada program studi sarjana yang ditempuhnya, sedangkan menjadi pemimpin berarti dirinya adalah seorang yang mampu memimpin dengan segala kompetensinya. Maka siapa bilang orang yang ingin mampu sukses memimpin harus menunggu sampai benar-benar menjadi seseorang yang paling tinggi gelarnya diantara pada kandidat pemimpin yang lain?

Pemimpin membutuhkan teori terapan mengenai kepemimpinan dan manajemennya tetapi tidak perlu menunggu sampai terlampau pintar terlebih dahulu pada pembelajaran kedua teorinya, melainkan dengan begitu ada teori yang didapatkannya langsung saja praktekkan. Karena pada dasarnya kepemimpinan dan manajemen itu adalah prakteknya. Jadi kenapa kita harus tunggu menjadi terlampau pintar terlebih dahulu baru menjadi pemimpin? Toh belajar menjadi pemimpin secara otodidak, seperti setelah membaca teori langsung mempraktekkannya juga bisa.

MENUNGGU MOMEN SAMPAI BERUMUR LANJUT

Karena tua itu pasti sedangkan dewasa itu relatif, maka kita tidak perlu menunggu tua terlebih dahulu baru menjadi pemimpin karena yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah kedewasaannya bukan usia tuanya. Maka untuk menjadi pemimpin diusia muda cukup belajar menjadi dewasa ‘yang kadarnya dipercepat’ sedari semenjak usia remajanya. Kita sebenarnya cocok saja untuk menjadi pemimpin pada lingkup luasan tertentu direntang waktu usia sekitar 25 sampai dengan 40 tahun, asal kita memiliki saya syarat yang keberadaannya sangat penting yaitu memiliki kedewasaan.

Adapun yang penulis maksud dengan belajar pendewasaan diri dengan ‘kadar yang dipercepat’ dapat dilakukan seperti ketika para remaja yang lain sedang sibuk-sibuknya bermain dan bercanda-gurau tetapi kita justru menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih berguna dan bermanfaat. Akan terasa aneh memang, tetapi dizaman yang serba aneh inilah yang aneh-aneh yang biasanya semakin lebih sukses (penjelasan analogi berpikir mengenai ini dapat dilihat pembaca lihat pada buku Birokrat Berkarakter Sukses di Era Konseptual karya penulis).

Jadi sadarilah tidak perlu lagi kita takut jika akan memimpin dan menjadi pemimpin disaat usia yang relatif muda, toh banyak juga orang yang berusia tua tetapi tingkahnya saja tidak dewasa sama sekali. Maka latihlah kedewasaan tanpa harus menunggu faktor bertambahnya usia biologis.

MENUNGGU MOMEN SAMPAI SAINGAN JATUH

Membahas momen yang terakhir ini mudah saja, jangan pikirkan kehadiran kompetitor-kompetitor itu sebagai saingan kepemimpinan kita, melainkan coba pikirkan saja secara positive thinking bahwa kehadiran saingan seperti itu adalah salah satu faktor yang mampu menjadi pembangkit semangat kita untuk terus berkembang ke arah lebih baik lagi.

Tanpa adanya saingan maka siapa yang akan memotivasi kita untuk dapat terus maju dengan mengembangkan ide-ide pembaharuan? Karena kita sering menganggap saingan bisa dijadikan sebagai pihak yang harus dikalahkan maka kita akan memacu diri untuk terus mengembangkan diri supaya terus bisa selangkah lebih maju dari saingan tersebut. Tentu dalam kapasitas kita mengalahkan karena kita lebih menjadi maju dari pada pihak saingan, bukan melalui pertandingan saling sikut yang sifatnya tidak fair.

Coba bayangkan jika kita menunggu kapan saingan kita jatuh terlebih dahulu atau kita dengan cara curang menjatuhkan saingan kita tersebut, maka saingan tersebut akan berharap sama dengan demikian akan menunggu kita jatuh atau dengan cara curang pula menjatuhkan diri kita. Ya contoh kongkritnya bisa kita lihat didalam persaingan iklan antar perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis atau bisa pula kita lihat bagaimana kondisi perpolitikan yang ada di seluruh negara di dunia ini yang justru saling menjatuhkan antar satu partai politik terhadap partai lainnya sementara internal parpolnyapun sesungguhnya rapuh, maka bukankah lebih baik memperbaiki kualitas internal parpol sehingga kuat dan berkembang maju ketimbang melakukan aktivitas ‘politik saling sikut’.

“KATAKAN “NOTHING!” PADA BELENGGU MENUNGGU MOMEN”

4 MACAM SINTESIS BAGI PEMIMPIN ORGANISASIONAL

”Pemimpin  handal tidak dilahirkan dikelas, karena Great Leader not born but it’s created.” (Penulis)

Sekiranya kepemimpinan seseorang itu tidak dibentuk berdasarkan gen yang dibawa dari semasa lahir (dari faktor orang tuanya), tetapi kepemimpinan dibentuk dan dibentuk dengan hasil tempaan dan belajar yang terus menerus dalam mengembangkan dirinya masing-masing. Senada dengan perkataan Steve Hallam (seorang Insiyur berkebangsaan Inggris) yang mengemukakan pendapatnya bahwa “Pernyataan tentang kecerdasan manusia dari bawaan lahir itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah adalah tidak tepat, karena penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.”

Pada pembahasan kali ini penulis menjabarkan 4 macam sintesis bagi pemimpin. Namun tahukah apa itu sintesis yang penulis maksud?

Ide menggolongkan seorang pemimpin dengan istilah sintesis ini penulis terinspirasi seperti dalam buku 13 Wasiat Terlarang karya Ippho Santosa yang turut menggolongkan seseorang berdasarkan sintesisnya menjadi lima sintesis. Walaupun istilah sintesis ini biasanya dipergunakan oleh ilmuan sains yang akan menciptakan berbagai unsur menjadi satu padu. Tetapi akan lebih mudah penulis jelaskan jika sintesis tersebut penulis ibaratkan saja adalah sebuah kain.

Jika kita mencermati dan berusaha menguraikan sebuah kain maka kita akan melihat alur benangnya bukan? Nah benang-benang yang disusun sedemikian rupalah dengan alur satu sama lain yang mengkokohkan kain supaya jahitannya kuat dan kain tidak mudah tercerai berai menjadi berhelai-helai benang kembali.

Kalau dengan penjelasan yang bakunya oleh Wikipedia.org (2012), seperti ini “Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi) yang biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada yang menghasilkan suatu hasil baru. Istilah ini mempunyai arti luas dan dapat digunakan ke fisika, ideologi, dan fenomenologi”.

Gambar: Keterangan Simpul Empat Sintesis pada Pemimpin (Gambar tidak dilampirkan)

Secara spesifiknya berikut adalah penjelasan tiap sintesisnya:
1. Generalis (Pada Umumnya)
Seorang pemimpin secara umum bisa dikatakan sebagai seorang generalis, karena mereka mampu untuk mengembangkan kapasitas dirinya sendiri yang tidak menyekat dengan sekat-sekat yang membatasi diri seorang pemimpin dengan orang-orang disekitarnya.

Sehingga dari pemimpin seperti ini, akan didapatkan seseorang yang mampu berpikir dari segala sudut pandang orang kebanyakan yang mungkin saja dianggap prioritas dari setiap pandangan mereka. Serta diharapkan pemimpin seperti ini dapat berlaku adil dan bijaksana untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya.

Penulis contohkan seperti berikut ini, pemimpin harus mampu mendengarkan setiap usulan dari bawahan yang dipimpinnya sehingga akan selalu mampu menempatkan diri pada posisi yang memahami pemikiran yang dipimpinnya ketika sang pemimpin harus memutuskan kebijakan yang akan diambilnya.

Poin penting pada sintesis pertama ini antara lain:
  1. Pemimpin dalam makna umumnya
  2. Tidak mensekat-sekat dirinya
  3. Adil, bijaksana, panutan dan penuntun


2.Discover atau Inovator (Peneliti)
Pemimpin dengan sintesis seperti ini identik dengan dua hal, yaitu:
  1. Pertama, pemimpin seperti ini juga biasa diibaratkan sebagai seorang penemu hal-hal baru yang bersifat discovery (hal yang belum pernah ditemukan sama sekali oleh orang-orang sebelumnya)
  2. Kedua, pemimpin seperti ini biasanya handal dalam menyambungkan beberapa hal yang sebelumnya sama sekali tidak ada hubungannya. Pemimpin inipun bagai melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh kebanyakan orang sebelumnya. Sehingga tidak mengherankan dirinya selalu mendapatkan berbagai ide-ide yang tidak terpikiran oleh orang kebanyakan sebelumnya (Inovasi).


Penulis contohkan seperti berikut ini; Seorang pemimpin yang menggagas adanya unsur informasi dan teknologi agar tercipta e-Goverment untuk mendukung kepraktisan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan diinstansinya.

Poin penting pada sintesis kedua ini antara lain:
  1. Pemimpin yang merupakan seorang Penemu/Pembaharu hal-hal baru
  2. Menyambung yang sebelumnya tidak dapat hubungan sama sekali
  3. Mampu melihat potensi yang tidak dilihat kebanyakan orang


3.Problem Solver (Pemecah Masalah)
Pemimpin dengan sintesis seperti ini-pun identik dengan dua hal, yaitu:
Pertama, pemimpin dengan sintensis ini adalah pemimpin yang mampu mengatasi persoalan-persoalan yang terkadang tidak bisa diatasi dengan cara pada umumnya, sehingga sering seorang pemimpin dengan tipe sintesis Problem Solver ini dapat menyelesaikan hal-hal umum dengan ketidak teraturan yang terkadang selalu berbeda dengan cara berpikir orang lain yang digunakan kebanyakan orang (thinking outside of the box) namun pemikiran tersebut justru selalu tepat dalam menyelesaikannya.

Kedua, pemimpin dengan sintensis problem solver seperti ini juga adalah orang yang jeli mengurai pola-pola yang kompleks sehingga pemimpin mampu menguraikan permasalahan-permasalahan besar menjadi perihal kecil yang mudah dipahami oleh orang lain. Sehingga memungkinkan pula seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan pemikiran besarnya yang dapat dijelaskan dengan bahasa yang dapat ditelan para bawahannya dan bawahannyapun bisa bekerja dengan pemikiran yang seirama dengan pemimpinnya.

Penulis contohkan seperti berikut ini; Pemimpin saat diterpa berbagai permasalahan (yang memang lumrah didapatkannya setiap harinya) akan terus mampu keluar dari permasalahan tersebut karena setiap kali dirinya mendapat satu permasalahan maka dirinya selalu berpikir pada kemungkinan adanya solusi yang bisa diambilnya. 

Poin penting pada sintesis ketiga ini antara lain:
  1. Seorang problem solver bukan a part of problem
  2. Penyelesai pada sebuah kasus ketidak teraturan
  3. Mengatasi persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan cara pada umumnya
  4. Mengurai pola berat (kompleks) menjadi pola ringan
  5. Segalanya menjadi terlihat simpel
  6. Mampu mengkomunikasikan secara efektif dan efisien kepada bawahannya 
  7. Pemahaman bersama, antara pemimpin dengan bawahan


4.Crosser (Penyebrang)
Mereka-mereka yang memiliki jabatan dalam posisi kepemimpinan pada satu bidang pekerjaan tetapi mereka menyebrang kearah yang bersebrangan dengan membawa tujuan-tujuan tertentu pada bidang yang ditekuninya tadi.

Sekilas mereka akan dikira oleh orang-orang disekitarnya telah meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai pemimpin pada pekerjaan dibidang sebelumnya. Tetapi merekalah yang akan membawa pengalaman-pengalaman baru yang diambilnya dari pekerjaannya diarah sebrang tersebut. Sehingga dari pengalaman yang didapatkan tersebut dibawa kembali untuk memperbaiki dan memperkuat keadaan lingkup pekerjaan yang merupakan tanggung-jawabnya.

Penulis contohkan seperti contoh kongkrit berikut ini; seorang Camat yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang banyak dari mereka adalah pengangguran, maka Camat tadi menyebrang kedunia bisnis dan menghimpun relasi-relasi dikalangan swasta yang sekiranya mampu menjadi investor bagi kawasannya kecamatannya, dengan memberikan iming-iming pada investor tersebut untuk dipermudah segala perizinannya asal mampu mendongkrak kegiatan usaha diwilayah kecamatannya.

Poin penting pada sintesis keempat ini antara lain:
  1. Memiliki jabatan di pekerjaan utama
  2. Menyebrang ke pekerjaan lain
  3. Menyebrang dengan alasan mencapai salah satu target dari jabatan di pekerjaan utamanya.


***

Nah, itulah keempat sintesis yang satu sama lainnya dalam posisi yang saling menguatkan. Sebenarnya tidak masalah jika seorang pemimpin hanya menguasai salah satu sintesisnya saja, tetapi kepemimpinan yang dijalankannya tentunya akan susah dalam adaptasi menembus perubahan zaman yang selalu berkembang dengan pesatnya. Serta kepemimpinan seperti itu juga akan lebih mudah rapuh dibandingkan jika keempat sintesisnya saling dimiliki dan dapat dipadukan secara tepat guna oleh pemimpin.

Penulis akan jabarkan bagaimana nasibnya jika sintesis yang dikuasai oleh pemimpin hanya satu pada masing-masingnya. Maka hal tersebut akan menjadi seperti dibawah ini:
1.Jika pemimpin yang hanya memiliki sintesis Generalis:
a.Pemimpin hanya pada umumnya, tidak berani menghadirkan pengalaman baru
b.Pemimpin menjalankan kepemimpinan secara monoton
c.Pemimpin tidak ada usaha apapun untuk mengembangkan apapun
d.Pemimpin kesusahan jika dihadapkan pada berbagai permasalahan

2.Jika pemimpin yang hanya memiliki sintesis Discover/ Inovator:
a.Kehadiran pemimpin hanya sebagai pemberi ide-ide cemelang yang inovatif, yang terpaksa ide tersebut harus diberikan kepada rekanan pemimpin lain karena dirinya merasa tidak mampu untuk mempraktekkannya.
b.Kurang peka terhadap permasalahan yang tiba-tiba ia dapatkannya.

3.Jika pemimpin yang hanya memiliki sintesis Problem Solver:
a.Kehadiran pemimpin hanya sebagai pemecah masalah, hari-harinya hanya digunakan untuk menyelesaikan msalah yang diperolehnya
b.Tidak ada usaha memperbarui ide/inovasi, sehingga penyelesaian masalah hanya dengan mengunakan cara yang sama setiap penyelesaiannya.

4.Jika pemimpin yang hanya memiliki sintesis Crosser:
a.Pemimpin hanya sebagai pencari pengalaman, saat menerapkan kembali di kepemimpinannya dia merasakan kebingungan
b.Pemimpin kesusahan jika dihadapkan pada berbagai permasalahan

Lain halnya jika pemimpin mampu menguasai keempatnya dan saling mensinergiskannya. Seperti pengibaratan benang, keempat sintesis tersebut disimpulkan dengan empat arah yang berbeda (seperti gambar sintesis dihalaman sebelumnya) lalu hasil simpulnya harus dikaitkan dengan simpul-simpul lain sehingga menghasilkan berbagai simpul empat sintesis yang saling berkaitan hingga nantinya dapat menjadi lembaran kain yang teksturnya tidak mudah rapuh dan tercerai-berai. Tujuan seperti itulah yang penulis harapkan setiap pemimpin organisasional dari hasil proses pembelajaran sintesis.

Terakhir pada pembahasan mengenai sintesis ini adalah proses pengabungan simpul sintesis menjadi kesatuan dengan simpul sintesis lain dapat digambarkan seperti pada gambar diberikut ini:

Gambar: Keterangan Sintesis Pemimpin yang Digabungkan dengan Sintesis Orang Lain Sehingga Saling Menguatkan (Gambar tidak dilampirkan)

“Kekuasaan dapat merealisir berbagai manfaat, juga menghanyutkan pemegangnya ke lautan laknat. Tetapi, membenci kekuasaan mengantar umat pada kehinaan dan akhirnya dikuasai musuhnya. “Sesungguhnya Allah mencegah sesuatu dengan kekuasaan, yang tidak dapat dicegah dengan Al-Quran.” (Ustman bin Affan ra.)
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar Rahmaan: 60)

***KAMU TENTU PUNYA CATATAN SENDIRI***


Potensi Dari Kepemimpinan Diri Sendiri (Catatan 6, 10 Minggu Sebelum Pengukuhan) Potensi Dari Kepemimpinan Diri Sendiri (Catatan 6, 10 Minggu Sebelum Pengukuhan) Reviewed by Santana Primaraya on 5:32:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.