Estetika berasal dari bahasa Yunani ‘aistheisis’ yang berarti pengamatan. Jadi berbicara tentang keindahan, karena dalam pengalaman atas dunia di sekeliling kita ini, ditemukan suatu norma yang membedakan cita rasa tentang indah dan jelek sebagai lawannya.
Jadi estetika diantaranya bercerita tentang rasa (sense, perceive, taste). Rasa mencakup penyerapan pengertian dalam pengalaman persepsi, sejauh mana seseorang dapat menimbulkan daya pendengarannya, daya pandangnya, daya sentuhnya terhadap sesuatu. Rasa dibangkitkan dari hasil seni ketika berusaha menimbulkan respon (tanggapan) dari bermacam obyek dan pengalaman.
Dengan demikian konsep estetika adalah abstrak karena tidak dapat dikomunikasikan sebelum diberi bentuk. Kebanyakan estetika meniru dari alam, mulai dari suara, bentuk sampai kepada warna. Batasannya sudah barang tentu sulit.
Seseorang bisa saja mengatakan bahwa ia lebih menyukai warna biru teduh, tetapi keluarga bahkan anaknya sendiri senang dengan warna merah menyala.
Jadi estetika adalah seni dan seni itu sendiri adalah cipta, rasa dan karsa seseorang terhadap alam. Politik, pemerintahan, administrasi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dan juga suatu seni. Jadi seorang tokoh dididik lingkungannya dapat juga dilahirkan menjadi pemimpin yang tanpa disadarinya ia memiliki kemampuan memerintah karena mempunyai misalnya seni mendorong (motivasi) orang lain, seni membujuk (persuasif) orang lain dan lain-lain.
Kiat politik dan seni manajerial adalah cara bagaimana kemampuan menggerakkan orang-orang dalam kharismatis retorika, administrator dan kekuasaan kepemimpinan, menciptakan orang lain hanyut dalam kemauan seni manajerialnya.
Karena beraneka ragamnya selera terhadap seni estetika sebagaimana telah dikemukakan di atas.Ada seniman yang menyenangi warna merah ada juga yang menyenangi warna biru, begitu juga kuning, hijau, coklat bahkan juga ada hitam dan putih.
Ada yang menyukai lagu dangdut, ada pula yang menyukai lagu krongcong, begitu juga rock, seriosa atau pop. Ada yang menggemari film perang, ada pula yang menggemari film cinta, begitu pula film horor, kerajaan bahkan ada yang hanya suka film dokumenter.
Oleh karena itu salah satu doa Nabi Muhammad Saw yang tidak akan dikabulkan Allah adalah doa agar pendapat setiap orang terhadap nilai estetika ini sama. Sebab dengan pendapat yang berbeda-beda adalah bukti kebesaran Allah.
Itulah sebabnya pada perenungan zikir merasakan keindahan, kebagusan, keharuan seseorang seniman yang Islami, ia akan mengucapkan “Allahu akbar”.
Seni biasanya merupakan bakat alamiah yang dibawa sejak seseorang itu dilahirkan, dengan begitu merupakan karunia Allah. Tetapi ada pula seni yang diperoleh dari lingkungan seperti pendidikan, agama, pergaulan, pengalaman dan budaya serta praktek sehari-hari suatu kelompok etnis.
Dengan begitu, seni adalah kekuatan pribadi seseorang yang kreatif, ditambah dengan keahlian yang bersangkutan dalam menampilkan tugas pekerjaannya.
Dengan demikian di bidang estetika ini, karena kita rasakan bahwa Allah puncak kebesaran yang memberikan energi dan keindahan pada ciptaan-Nya (Dan Allah Maha Kuasa atas segala-galanya).
Sumber: Logika, Etika dan Estetika Islam. Inu Kencana Syafiie. PT Pertja, Jakarta, 1998. Hlm 51-52
Estetika dalam Perspektif Ajaran Islam
Reviewed by Santana Primaraya
on
2:42:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment