6 Alasan Kenapa Harus Mendirikan Penerbitan Sendiri? (Bagian 4 dari 7)

3. Tidak adanya transparansi oplag penerbitan

Sudah menjadi rahasia umum, penulis dalam posisi yang lemah. Mereka jarang menerima rincian yang jelas oplag dari buku yang diterbitkan. Penulis biasanya hanya menerima pemberitahuan bahwa buku dicetak sekian eksemplar atau dalam ti ga bulan berhasil terjual sekian eksemplar. Penulis jarang bisa mengecek kebenaran itu. Akibatnya tak sedikit penulis yang suudhan (buruk sangka) terhadap penerbit. Tak sedikit yang akhirnya mengambil buku itu dan memberikannya ke penerbit lain. namun semua itu ti dak menyelesaikan masalah, tetap saja kecurigaan itu ada. Apalagi jarak antara penerbit dan penulis berjauhan.

Hubungan antara penerbit dan penulis selalu ada masalah seperti itu. Padahal ti dak semua penerbit berlaku curang walaupun mungkin ada yang seperti itu. Pengalaman penulis dalam mengelola CV. Mujahid Press, ada saja penulis yang ti dak percaya bahwa bukunya terjual sebanyak itu. Namun kami selalu merespon dengan baik, penulis dipersilakan mengecek sendiri ke bagian gudang, berapa buku yang masuk pada cetakan tertentu atau dapat menghubungi langsung percetakan yang ditunjuk penerbit untuk mencetak buku tersebut. Bahkan penulis dipersilakan datang dan menghitung sendiri buku yang masuk di gudang.

Semua itu sebenarnya tidak akan terjadi jika penulis memiliki penerbitan sendiri, tanpa komando dari pihak mana pun, kita dapat mencetak berapa pun sesuka kita. Saya pernah mencetak hanya 2.000 eksemplar, tapi kadang mencetak sebanyak 10.000 eksemplar. Saya tahu persis berapa buku yang masuk dan keluar karena buku itu diterbitkan di penerbit sendiri. Asyik bukan?

Daftar Pustaka:

Toha Nasrudin, S.Ag. 2009. Peta Harta Karun. Bandung: Mujahid Press. Hal 125 s.d. 131

Loncat ke URL bagian tertentu:

Bagian 1 >>Klik Disini<<

Bagian 2 >>Klik Disini<<

Bagian 3 >>Klik Disini<<

Bagian 4 >>Klik Disini<<

Bagian 5 >>Klik Disini<<

Bagian 6 >>Klik Disini<<

Bagian 7 >>Klik Disini<<