6 Alasan Kenapa Harus Mendirikan Penerbitan Sendiri? (Bagian 3 dari 7)

2. Minimnya penghargaan penerbit
Penulis Indonesia umumnya sudah merasakan betapa minimnya penghargaan penerbit atau prakti si penerbitan baik buku atau media cetak lainnya seperti koran dan majalah terhadap para penulis. Honor tulisan di surat kabar atau majalah misalnya, nyaris ti dak banyak berubah. Sebagian media itu
bahkan ti dak memberikan honornya kecuali ditagih atau diambil, lebih tragis lagi banyak pula media itu ti dak memberikan honor sama sekali. Hal serupa juga di penerbitan buku, royalty yang diberikan masih minim bahkan ti dak layak.

Sebagian penerbit bahkan menerapkan sistim jual naskah dengan harga yang ti dak layak. Penulis pernah mengajukan naskah ke sebuah penerbit yang cukup besar, naskah itu ternyata hanya ditawar Rp 10.000 perhalaman kwarto. Tentu saja saya ditolak, bukan saja karena minimnya harga, tapi juga ti dak ada komitmen apa pun dari penerbit selain seharga itu. Bayangkan menulis sebanyak 150 halaman kwarto yang dulu menghabiskan waktu hingga dua atau ti ga bulan dihargai Rp 1.500.000.

Padahal keuntungan penerbit mungkin puluhan kali lipat apalagi jika buku itu best seller. Sementara itu royalty yang diberikan masih tergolong minim, antara 10 s/d 15 % dari ne􀆩 o. Jika buku itu meledak, penulis tentu untung. Tetapi ti dak semua buku meledak bahkan umumnya buku-buku itu mandeg di pasar. Jarang penulis yang berhasil menulis buku best seller.

Penerbit CV. Mujahid Press menolak untuk membeli naskah. Kami hanya menerapkan sisti m royalty atau honor terjamahan. Kami berpendapat, jual naskah ti dak memberikan keuntungan yang adil bagi penulis buku. Kecuali buku dari luar negeri, penerjamah diberi honor langsung. Semula Mujahid Press memberikan honor Rp 20,000 hingga Rp 30,000. Kini ditetapkan Rp 20.000. Jumlah itu cukup besar dibanding penerbit lainnya.

Sementara itu royalty yang diberikan kepada penulis sebesar 15% dari ne􀆩 o. Jumlah pemberian royalty ini memang ti dak jauh dari penerbit lain, namun jumlah ini cukup maksimal mengingat pasar buku di Indonesia belum dapat memberikan keuntungan besar bagi penerbit.

Daftar Pustaka:
Toha Nasrudin, S.Ag. 2009. Peta Harta Karun. Bandung: Mujahid Press. Hal 125 s.d. 131

Loncat ke URL bagian tertentu:
Bagian 1 >>Klik Disini<<
Bagian 2 >>Klik Disini<<
Bagian 3 >>Klik Disini<<
Bagian 4 >>Klik Disini<<
Bagian 5 >>Klik Disini<<
Bagian 6 >>Klik Disini<<
Bagian 7 >>Klik Disini<<
6 Alasan Kenapa Harus Mendirikan Penerbitan Sendiri? (Bagian 3 dari 7) 6 Alasan Kenapa Harus Mendirikan Penerbitan Sendiri? (Bagian 3 dari 7) Reviewed by Santana Primaraya on 2:40:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.