Studi Literatur: Rahasia Sufi karya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani

Hal 83
Pada keadaan fisiknya, mereka tampak miskin, papa dan suka merendahkan diri. Begitu pula dengan kehidupan keseharian mereka di dunia: kurang makan, kurang minum, kurang tidur bahkan segala kesenangan dunia dan kemewahan dunia mereka tinggalkan. Cara hidup mereka sehari-hari sangat sederhana/bersahaja. Hikmah kebijaksanaan mereka terpantul pada sifat mereka yang lemah lembut, penuh santun dan berakhlak mulia. Ini yang menjadi daya tarik orang-orang yang mengetahui keadaan kaum sufi.

Pendek kata, mereka menjadi contoh bagi manusia. Mereka mematuhi syariat Islam. Pada sisi Allah, mereka manusia yang berada diperingkat pertama. Pada pandangan orang-orang yang sedang dalam perjalanan menuju Allah, mereka indah meskipun pada keadaan lahirnya mereka tampak buruk. Mereka berada di peringkat Tauhid, bersatu dengan Allah. Dalam peringkat ‘bersemedi dengan Allah, segala gerak-geriknya, kata-katanya dan perbuatannya, tunduk di bawah perintah dan kehendak Allah Maha Agung.

Hal 143
Empat penafsiran seseorang dikatakan sebagai sufi:
  1. Mereka selalu menggunakan pakaian kasar yang terbuat dari bulu domba. Dalam bahasa Arab disebut Suf, yang berarti bulu domba. Inilah pandangan mereka secara lahir saja.
  2. Orang yang memandang cara hidup orang-orang Sufi sebagai hidup yang bersahaja, sederhana atau ala kadarnya, dan tidak terlalu mempedulikan hal-hal keduniaan. Karena itu, hidup mereka tenang dan damai. Ketenangan dan kedamaian itu pula mereka dinamakan sufi.
  3. Ada pula segolongan orang yang melihat lebih jauh ke dalam hati orang-orang sufi yang bersih dan bebas dari segala pikiran selain Allah. Hati mereka yang suci, dalam bahasa Arab disebut Safi. Dan karena itu mereka disebut sufi.
  4. Segolongan manusia menganal mereka sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah Swt dan berdiri dibarisan terdepan di hadapan Allah pada hari pengadilan kelak. Barisan itu dalam bahasa Arab disebutSaff. Karena itu, mereka diberi gelar Sufi.


Hal 144
Makna Alam terbagi menjadi empat jenis:
  1. Alam kasar atau alam kebendaan atau alam fisik yang terdiri dari empat unsur, yaitu air, api, tanah dan angin (udara).
  2. Alam ruhani atau alam yang dihuni oleh malaikat, jin, mimpi dan kematian, ganjaran Allah kepada hamba-hamba-Nya, delapan buah Surga, keadilan Allah, tujuh buah Neraka dan sebagainya
  3. Alam kalimat atau perkataan Allah atau alam nama-nama bagi sifat Allah, Lauh Mahfuzh, yaitu sumber risalah dari Allah Swt
  4. Alam atau peringkat Zat (Allah) Yang Mahasuci. Peringkat ini tidak dapat digambarkan dengan kata-kata pada peringkat ini tidak ada kata-kata, tidak ada nama, tidak ada sifat dan tidak ada suatu apapun yang dapat dilukiskan. Hanya Allah Yang Mahatahu


Ilmu ada empat jenis:
  1. Ilmu syariat: Berkenaan dengan kehidupan di alam dunia ini
  2. Ilmu batin: Tentang sebab-akibat
  3. Ilmu ruhani (spiritual): Berkenaan dengan ruh atau ilmu pengenalan diri, yang melalui ilmu itu kita dapat sampai kepada ilmu untuk mengenal Allah (Ma’rifatullah)
  4. Ilmu hakikat: Tentang hakikat


Ruh terbagi menjadi empat jenis:
  1. Ruh jasmani
  2. Ruh yang telah disinari dengan cahaya Ketuhanan
  3. Ruh yang berada pada tingkat tinggi atau ruh yang tinggi derajatnya
  4. Ruh Ketuhanan atau ruh yang bersifat Ketuhanan


Hal 145
Manifestasi Ketuhanan (Tajalli) terbagi menjadi empat jenis:
  1. Manifestasi dalam bentuk, rupa dan warna, seolah-olah dalam lukisan (lukisan yang dikehendaki Allah)
  2. Manifestasi dalam perbuatan, tindakan dan kejadian
  3. Penzahiran dalam hal sifat dan kualitas suatu perkara
  4. Penzahiran Zat


Empat jenis Akal:
  1. Akal yang hanya memikirkan kehidupan dunia
  2. Akal yang memikirkan berbagai persoalan akhirat
  3. Akal ruh atau hikmah ruhaniah
  4. Akal semesta raya


Hal 151
Sufi adalah orang yang bersih hatinya dan bebas dari cengkeraman hal-hal yang bersifat kebendaan dan jasmani. Hati adalah perantara atau penghubung antara dia dengan Allah.

Apabila hati si sufi itu mengamalkan apa yang telah diperintahkan dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Saw, maka amalan itu akan membawanya dekat dengan Allah. Dia akan menerima ilham dari Allah Swt sehingga ia menjadi seorang yang arif, yang ilmunya berasal dari ilmu Ladunni, yang dengan ilmu itu ia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, apa yang datang dari bisikan Setan dan apa yang datang dari limpahan Allah.

Hatinya akan merasakan betapa dirinya dekat dengan Allah. Ketika itu perasaan aman dan damai akan menyelubungi hatinya sehingga ia menjadi lapang dan sangat tenteram.

Ketika itu dia tidak takut kepada siapapun di muka bumi ini, dan tidak seorangpun yang menggantungkan harapan kepadanya, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah dan hanya kepada Allah. Dunia ini dipandang tiada berharga di matanya. Ketika orang-orang sibuk mengejar dunia, dia sibuk mengejar ma’rifat kepada Allah, dan tidak pernah berhenti mengerjakan ibadah untuk mengekalkan kedekatannya dengan Allah Swt. Karena itulah hatinya terus subur dengan menghadapkan pandangan kepada Allah Swt.

Hal 152
Apabila cinta Allah menguasai diri seseorang, dia tidak akan dapat membedakan antara dunia dan akhirat, antara memberi dan tidak memberi, antara menerima dan tidak menerima. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah. Sesuatu yang baik dan yang jahat, yang elok dan yang buruk telah menyatu dalam pandangannya, karena semua itu berasal dari takdir Tuhan.
Dan cintanya kepada Tuhan telah menyatukan segala yang berlawanan dan yang bertentangan, sehingga dalam perasaannya tidak ada yang berbeda. Apa yang dirasakan adalah hatinya yang telah diliputi oleh cinta dan rindu. Ketika berzikir kepada Allah, ia merasakan keagungan Allah Swt, serta merasakan keagungan sifat Jalal (Keagungan Allah Swt) serta difat Jamal (Keindahan-Nya).

Hal 153
Akhirnya keadaan yang ada saling berganti, yakni yang mencari menjadi dicari, yang berhajat menjadi yang dihajati, yang menuntut menjadi yang dituntut. Tarikan dari Allah adalah lebih baik dari semua amalan manusia dan jin.

Hal 249
Orang-orang yang mengikuti perjalanan ruhani menju Allah (Ahli Suluk atau ahli Tariqah) terbagi menjadi dua golongan.
Pertama, golongan Ahli Sunnah Wal-Jama’ah
Mereka mematuhi ajaran Al-Quran dan mematuhi amalan dan peraturan yang dicontohkan dari perilaku dan kata-kata Nabi Muhammad Saw. Mereka mengikuti panduan tersebut dalam perkataan, dalam tindakan, dalam pemikiran dan dalam perasaan mereka.

Hal 250
Kedua, golongan sesat
Banyak golongan orang-orang yang sesat atau kaum sufi yang palsu, antara lain:

Golongan Hululiyyah:
Mereka berpendapat adalah halal melihat badang orang yang bukan mahramnya, yang menggiurkan nafsu, dan paras yang cantik yang bisa mendorong kepada zina, baik lelaki atau perempuan, siapapun baik anak atau isteri orang. Mereka berbaur antara lelaki dan perempuan dan menari bersama-sama. Hal ini jelas sekali berlawanan dengan ajaran dan prinsip Islam.

Golongan Halliyah:
Mereka ini gemar menyanyi, menari, memekik, menjerit dan menepuk tangan. Konon, dalam keadaan demikian mereka dapat mengatasi  dan melampaui hukum-hukum syariat Islam. Tidak perlu lagi bersyariat karena telah melampaui peringkat syariat. Hal ini jelas sesat karena Nabi Muhammad Saw sendiripun mengikuti syariat, walaupun ia kekasih Allah Swt.

Golongan Awliyaiyyah:
Mereka ini mendakwahkan diri dekat dengan Allah. Dengan kata lain telah mencapai peringkat Awliya’ Allah. Apabila telah jadi Waliyullah tidak perlu lagi shalat, puasa, haji dan beribadah lainnya.Mereka berpendapat bahwa seseorang Wali menjadi anak Allah dan dengan itu mereka lebih tinggi derajatnya dari Nabi melalui Malaikat Jibril, tetapi Waliyullah menerima ilham atau hikmah langsung dari Allah. Itulah dakwaan mereka. Pendapat mereka ini adalah silap, salah dan sesat yang akan membawa mereka kepada kebinasaan dan akan menjerumuskan mereka ke lembah bid’ah dan kafir.

Golongan Syamuraniyyah:
Mereka percaya kalam (perkataan) adalah kekal dan barangsiapa menyebut kalam yang kekal itu tidak terikat dengan hukum atau syariat agama. Mereka tidak peduli dengan hukum halal atau haram. Dalam upacara ibadah mereka menggunakan alat musik. Perempuan dan lelaki berbaur menjadi satu. Tidak ada hijab lelaki dengan perempuan. Ini sudah jelas sesat dan menyimpang jauh dari ajaran Al-Quran.

Golongan Hubbiyyah:
Golongan ini berkata bahwa apabila seseorang sampai ke peringkat cinta, mereka tidak lagi berada di bawah hukum syariat. Mereka tidak peduli dengan pakaian. Kadang-kadang mereka bertelanjang bugil. Tidak ada lagi perasaan malu pada diri mereka. Inilah ajaran sesat dan menyesatkan.

Golongan Hurriyah:
Mereka senang berteriak-teriak, memekik-mekik, menyanyi dan bertepuk tangan, konon katanya untuk mendapatkan ekstase. Mereka mendakwa bahwa dalam keadaan ekstase itu mereka bersenggama atau bersetubuh dengan bidadari. Setelah mereka keluar dari keadaan ekstase, merekapun mandi hadas. Mereka ini tertipu oleh nafsu mereka sendiri. Sesatlah mereka.

Golongan Ibahiyyah:
Mereka ini tidak menyuruh berbuat baik dan tidak melarang berbuat jahat. Sebaliknya mereka menghalalkan yang haram. Zinapun dihalalkan. Bagi mereka, semua wanita halal untuk semua lelaki. Inilah golongan sesat dan miskin yang meminta sedekah dari rumah ke rumah. Mereka beranggapan bahwa mereka menerima azab Allah yang hina.

Golongan Mutakassiliyyah:
Mereka mengamalkan prinsip bermalas-malasan dalam mencari nafkah. Mereka telah meninggalkan dunia dan keduniaan. Maka musnahlah mereka dalam kemalasan mereka sendiri.

Golongan Mutajahiliyyah:
Mereka berpura-pura bodoh dan berpakaian tidak senonoh dan bersikap seperti orang kafir.

Golongan Wafiqiyyah:
Mereka berpendapat bahwa Allah yang mampu mengenal Allah. Dengan itu mereka tidak mau berusaha mencari hakikat atau kebenaran. Karena kebodohan mereka itu, mereka terseret ke jurang kerusakan dan kesesatan.

Golongan Ilhamiyyah:
Mereka ini mementingkan ilham. Tidak mau menuntut ilmu dan tidak mau belajar. Mereka berkata bahwa Al-Quran adalah hijab bagi mereka. Mereka menggunakan puisi karangan mereka sebagai ganti Al-Quran. Mereka membuang Al-Quran dan meninggalkan ibadah shalat dan lain-lain. Mereka mengajarkan anak-anak mereka berpuisi sebagai ganti Al-Quran. Maka sesatlah mereka.

Demikian banyak ajaran-ajaran sesat dari guru Sufi palsu di zaman ini, kata Syekh Abd al-Qadir al-Jilani.

Sumber: Penerbit Pustaka Sufi, 2004, Yogyakarta
Studi Literatur: Rahasia Sufi karya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Studi Literatur: Rahasia Sufi karya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Reviewed by Santana Primaraya on 7:03:00 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.